1. Prinsip
Kerja Analisa Pangan Menggunakan HPLC
Jawab:
Memisahkan
senyawa berdasarkan perbedaan polaritas melalui fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) pada suhu kamar. Jika polaritas
senyawa analit lebih mirip dengan fase diam, maka senyawa tersebut akan
tertinggal
di fase diam atau bergerak lebih lambat. Jika polaritas senyawa analit lebih
mirip
dengan fase gerak maka senyawa tersebut akan bergerak lebih cepat di fase
gerak.
2. Mekanisme
Kerja Mesin HPLC
Jawab:
Mekanisme kerja HPLC dengan cara melewatkan senyawa
melalui fase diam. Sampel dimasukkan ke dalam aliran fase gerak dengan cara penyuntikan.
Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen senyawa. Senyawa dalam
kolom tersebut akan dielusi menggunakan fase gerak dengan bantuan pompa (laju
1-1 mL/menit).
Senyawa dalam kolom akan keluar dari kolom berdasarkan perbedaan polaritas.
Senyawa yang keluar dari kolom akan dideteksi dengan detektor yang sesuai
dengan perbedaan kecepatan elusi dan dilaporkan pada kromatogram. Dari kromatogram
dapat diidentifikasi waktu retensi (tR) dan luas area/tinggi puncak. Untuk
analisis kualitatif digunakan informasi tR, sedangkan untuk analisis kuantitatif
digunakan informasi luas area/tinggi puncak kromatogram.
3.
Metode HPLC Lebih Cocok Untuk Analisa
Pangan yang Karakteristik Fisik Kimiawinya Seperti Apa?
Jawab:
HPLC cocok untuk semua bahan pangan. HPLC dapat digunakan untuk
menetapkan kadar senyawa seperti asam amino, karbohidrat dan gula turunannya,
asam nukleat dan protein dalam cairan fisiologis, dan komponen bioaktif. HPLC
juga dapat digunakan untuk emisahan senyawa organik, anorganik, senyawa biologis,
analisis ketidakmurnian (impurities),
pemurnian senyawa, pemisahan senyawa yang strukturnya hampir sama, identifikasi
trace element, analisis senyawa non
volatile, penentuan molekul netral, ionik, maupun zwitter ion.
4. Gambar
dan Terangkan Komponen HPLC!
Jawab:
Gambar 1. Perangkat HPLC
Perangkat dasar instrumen HPLC
terdiri dari beberapa rangkaian alat antara lain microprocessor control, pompa bertekanan tinggi, injektor, kolom,
detektor, recorde, dan wadah fase gerak. Fungsi masing-masing bagian HPLC tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Microprocessor control
Microprocessor control atau mikro
komputer berperan mengontrol kecepatan aliran pelarut (flow rate), mengatur tekanan (pressure),
mengatur komposisi/perbandingan pelarut, mengatur suhu injektor dan jumlah sampel
yang akan diinjeksikan bila menggunakan automatic
injection, mengatur suhu oven termasuk suhu kolom, mengatur panjang gelombang
pada detektor dan memprogram waktu analisa yang diperlukan apabila menggunakan HPLC
sistem gradien.
2. Pompa
Pompa berperan memompakan pelarut secara
terus menerus dengan kecepatan aliran yang tetap dari reservoar ke kolom sambil
membawa sampel dari injektor melewati kolom ke detektor dan akhirnya ke
pembuangan. Pompa terbuat dari bahan yang inert terhadap semua pelarut. Bahan
yang umum digunakan adalah gelas baja antikarat dan teflon. Aliran pelarut dari
pompa harus tanpa denyut untuk menghindari hasil yang menyimpang pada detektor.
Pompa minimal bertekanan 100 arm (1500 psi, pound per square inch) dan maksimal
400 arm (6000 psi) sesuai dengan besar aliran (flow rate berkisar antara 0,5-2 ml/min), tipe kolom, ukuran
partikel adsorban dalam kolom (mesh), dan panjang kolom yang digunakan. Untuk
mengerakkan fase gerak melalui kolom diperlukan pompa.
3. Injektor
Injektor adalah alat untuk
memasukkan sampel ke dalam kolom yang dapat dilakukan secara otomatis ataupun
manual. Bila HPLC dilengkapi dengan automatic
sample injector maka injeksi sampel dapat dilakukan secara otomatis yaitu dengan
memprogram pada microprocessor control.
Sedangkan secara manual yaitu dengan menggunakan jarum suntik khusus (volume 10-20 uL). Injektor harus mampu bekerja
pada tekanan 470 arm, suhu 150 °C, dengan kesalahan (error) kurang dari 0,2 %. Terdapat tiga jenis injektor, yaitu stop flow (injeksi dilakukan pada sistem
tertutup dan aliran dihentikan), septum (diinjeksikan sampai 60-70 atmosfer langsung
ke aliran fase gerak seperti pada kromatografi gas), loop valve (untuk
menginjeksi volume lebih besar daripada 10 µl). Pada posisi LOAD, sampel
dalam putaran diisi pada tekanan atmosfir. Pada Gambar 2 ditunjukkan bila katup difungsikan, maka sampel di dalam
putaran akan bergerak ke dalam kolom.
Gambar 2. Posisi inject (kiri), dan posisi load (kanan) pada loop valve
5.
Kolom
Kolom berfungsi sebagai
tempat proses pemisahan senyawa analit. Kolom umumnya
dibuat dari stainless steel berbentuk
tabung dengan panjang 10-30 cm yang mampu menahan tekanan (setinggi 680 atm)
dan tidak bereaksi dengan pelarut (fase bergerak). Fase diam (adsorban) dalam
kolom harus halus dengan keseragaman diameter yang sama (uniform bore diameter). Kolom berbentuk tabung harus lurus dan
diletakkan pada posisi vertikal serta diperlengkapi dengan fitting dan konektor
yang didesain agar tidak memberikan kehampaan pada ujung kolom. Kolom dioperasikan
pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi. Kolom
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Kolom analitik: Berdiameter
2-6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis kemasan. Untuk kemasan pelikel
biasanya panjang kolom 50-100 cm. Untuk kemasan mikropartikel berpori, umumnya
10-30 cm.
b.
Kolom preparatif: Umumnya berdiameter
6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25-100 cm.
Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan diameter, panjang dan kegunaannya, menjadi:
a. Kolom Standard: Kolom standard HPLC mempunyai diameter 4-5 mm. Ini adalah kolom
siap pakai yang mempunyai keseragaman ukuran partikel adsorban dan secara mekanik
sangat stabil.
b. Kolom Radial Compression: Kolom ini mempunyai diameter yang lebih besar, sehingga responnya
terhadap kecepatan aliran, tekanan, waktu retensi dan intensitas puncak menurun.
Penggunaan kolom ini memberikan keuntungan karena akan menurunkan semua operasional
HPLC seperti tekanan dan waktu analisis (bila aliran pelarut dinaikkan). Kolom
ini terbuat dari plastik (cartridge) dengan diameter 8 mm dan panjang 10 cm,
diperlengkapi dengan pegangan (holder) plastik. Pemisahan akan terjadi apabila
kolom mengalami tekanan dari pelarut yang dialirkan sehingga terjadi radial compression, karena adanya
lapisan gliserol di dalam kolom yang memberikan kelenturan pada dinding kolom. Setelah
pemisahan selesai, kolom kembali ke keadaan semula.
c. Kolom Narrow-Bore: Kolom ini terbuat dari bahan metal anti karat seperti kolom
standard. Diameternya yaitu 1-2 mm dan panjangnya 5-8 cm. Penggunaan kolom ini
harus diikuti dengan menggunakan pelarut yang mempunyai kualitas tinggi, karena
kolom ini sangat sensitif dan akurasinya sangat tinggi. Jumlah sampel yang
diinjeksikan harus kurang dari 1 uL. Apabila lebih dari 1 uL akan memberikan
tingkat gangguan (noise level) yang besar
pada detektor dan tekanan sensitivitas akibat kelebihan konsentrasi.
d. Kolom Pendek (Cepat): Kolom ini merupakan kolom konvensional yang berukuran 3-6 cm.
Kolom ini mampu memberikan sensitivitas lebih tinggi dibandingkan kolom
standard. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali analisis berkisar antara 15-120
detik untuk sistem isokratik dan 1-4 menit untuk sistem gradien. Kolom ini
sangat baik digunakan untuk pekerjaan analitik dan kontrol kualitas (QC).
e. Kolom Pengaman dan Penyaring (Guard
and Filter): Untuk memperpanjang masa pakai
kolom HPLC biasanya pada pangkal kolom ditambahkan pelindung terhadap pengaruh
fisika dan kimiawi yaitu kolom pengaman dan penyaring yang relatif pendek
biasanya 5 cm dan berisi fase diam sejenis dengan kolom yang akan
dilindunginya. Secara periodik isinya dapat dikeluarkan dan diisi ulang kembali
untuk mengeluarkan kotoran yang berasal dari sampel yang diinjeksikan.
6.
Detektor
Detektor adalah alat untuk
mendeteksi komponen kimia yang telah terpisah setelah melewati kolom. Detektor-detektor
yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, respons linier yang luas, dan memberi respon
untuk semua tipe senyawa. Detektor yang paling banyak digunakan untuk HPLC adalah
detektor spektrofotometer UV 254 nm. Detektor dapat dikategorikan menjadi
beberapa yaitu:
a.
Detector RI : Detector RI (Refractive Index) disebut juga Differential Refractometer. Prinsip
kerjanya adalah memonitor perbedaan indeks refraktif antara fase gerak dan eluent,
kemudian memberikan respon pada bahan terlarut yang mempunyai indeks refraktif
yang signifikan berbeda dari fase gerak. Alat ini mempunyai dua kompartemen
(kuvet) yang salah satunya berisikan fase gerak (refferen), dan yang lainnya berisi
larutan yang keluar dari kolom, sumber cahaya (monochromatic) dan dua photo
detector. Perbedaan indeks refraktif dari kedua kuvet inilah yang akan diubah
menjadi pulsa listrik yang akan diteruskan ke recorder untuk dirubah menjadi kromatogram.
b.
Bulk property
detector: Tipe detektor ini adalah
indeks refraktif yang prinsip keseluruhannya berdasarkan perbandingan pada
sifat-sifat fisika dari fase gerak dengan atau tanpa bahan yang terlarut.
Walaupun detektor ini umum dipergunakan, namun relatif kurang sensitif dan memerlukan
kontrol temperatur yang baik.
c.
Detektor UV-Vis (Ultra Violet-Visible): Detektor ini bekerja sangat selektif pada setiap senyawa. Detektor
ini dilengkapi dengan lampu ultra (UV), biasanya digunakan lampu deuterium
dengan panjang gelombang 190-400 nm dan lampu sinar tampak (wolfram) dengan
panjang gelombang 400-800 nm. Detektor UV-Vis dapat dibagi atas 3 kategori
yaitu, 1) panjang gelombang tetap (fix wavelength),
2) panjang gelombang yang bisa diubah-ubah (variable-wavelength)
dan 3) panjang gelombang otomatis (scanning
wavelength) yang lebih dikenal dengan sebutan Diode Array Detector.
d.
Solute property detector: Detektor ini memiliki sensitivitas yang tinggi dan dapat
memberikan sinyal untuk senyawa dalam jumlah relatif kecil (nanogram). Ada beberapa macam detektor tipe ini yang telah dikembangkan antara lain detektor absorbansi, fluoressen, dan elektro-kimia (amperometric).
memberikan sinyal untuk senyawa dalam jumlah relatif kecil (nanogram). Ada beberapa macam detektor tipe ini yang telah dikembangkan antara lain detektor absorbansi, fluoressen, dan elektro-kimia (amperometric).
e.
Detektor
Fluorescence: Prinsip kerja dari detektor
berdasarkan perbedaan pendar (emisi) dari senyawa-senyawa yang dianalisa, sehingga
detektor ini hanya dapat digunakan secara selektif untuk senyawa-senyawa yang
mengeluarkan emisi sinar atau senyawa yang dengan pemberian energi (sinar) akan
tereksitasi dan mengeluarkan emisi sinar. Jadi detektor ini tidak dapat dipakai
untuk semua senyawa kimia.
f.
Detektor
Elektro-kimia (Amperometric): Prinsip
detektor ini didasarkan pada karakter voltameter dari molekul senyawa yang
dianalisis di dalam fase gerak air atau air-organik. Pengukuran dilakukan
berdasarkan pada perbedaan potensial listrik dari molekul senyawa yang dianalisis
dan fase bergerak dibandingkan dengan potensial listrik dari fase bergeraknya.
7.
Recorder dan Data Processor
Recorder berfungsi mencatat setiap sinyal
yang muncul pada detektor untuk diubah dalam bentuk kurva kromatogram. Tinggi
rendahnya kurva didasarkan pada pulsa listrik yang diterima recorder dari detektor dan tergantung
pada sensitivitas detektor yang digunakan. Pada beberapa HPLC, recorder dihubungkan
dengan komputer untuk analisa data atau dalam bentuk yang kompak dan dikenal
sebagai data processor. Data processor akan memudahkan analisa data HPLC.
Informasi yang disajikan data processor antara lain, waktu retensi, peak area, prosentase (%) dan jumlah
total dari setiap kurva yang dihasilkan.
8.
Wadah Fase Gerak
(Reservoir)
Wadah fase gerak terbuat dari bahan
yang inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum digunakan adalah gelas dan baja
anti karat. Daya tampung wadah harus lebih besar dari 500 ml, yang dapat
digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir yang umumnya 1-2 ml/menit. Wadah
ini umumnya mampu menampung 1-2 liter pelarut
5. Beri
Contoh: Metode Analisa HPLC Untuk Analisa Pangan
Jawab:
Penelitian yang dilakukan Kusuma dan
Rosalina (2016) berjudul “Analisis Kadar Kapsaisin dari Ekstrak “Bon Cabe”
Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)”. Pengujian kandungan kapsaisin pada sampel dilakukan dengan tiga
tahap, yaitu penentuan kurva baku standar, preparasi sampel cabai dan analisis
sampel dengan istrumen KCKT. Sampel yang diperoleh diuji dengan menggunakan
KCKT. Berdasarkan kromatogram, didapatkan nilai AUC sebesar 40195 pada 227 nm
dan 112344 pada 281 nm. Hasilnya, kadar kapsaisin pada sampel bubuk cabe “Bon
Cabe” (No Batch 8995899250143) yaitu 2,06 ppm pada panjang gelombang 227 nm dan
16,8 ppm pada panjang gelombang 281 nm. Pemisahan senyawa kapsaisin pada
panjang gelombang 281 nm lebih baik dibandingkan pemisahan senyawa pada panjang
gelombang 227 nm.
No comments:
Post a Comment