POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN GAMBIR (Uncaria gambir var Cubadak) TERHADAP BAKTERI DAN KHAMIR NIRA TEBU (Saccharum officinarum)
Antimicrobial
Activity of Gambir Leaf Extract (Uncaria
gambier var Cubadak) Against Bacteria and Yeast of Sugarcane Juice (Saccharum officinarum)
Annisa Ulfah Pristya1*,
Aji Sutrisno1
1) Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang
Jl. Veteran, Malang
65145
*Penulis
Korespondensi, Email: aulfah11@gmail.com
ABSTRAK
Tebu merupakan
komoditas pertanian penghasil gula. Sayangnya produktivitas gula Indonesia
masih rendah akibat menurunnya rendemen gula menjadi 7% akibat tunda giling
yang meningkatkan aktivitas bakteri dan khamir pendegradasi sukrosa nira tebu. Gambir (Uncaria gambir) varietas Cubadak
merupakan tanaman perdu yang tinggi kandungan fenol yang bersifat antimikroba. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui potensi antimikroba ekstrak
daun gambir terhadap konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh
minimum (KBM) melalui perlakuan variasi metode ekstraksi dan konsentrasi
ekstrak. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
2 faktor yaitu metode ekstraksi dengan 2 level yaitu infus serta maserasi, dan konsentrasi
ekstrak dengan 4 level yaitu 70%, 80%, 90%, dan 100%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak daun gambir berpotensi antimikroba dan bersifat
bakteriostatik terhadap bakteri serta bersifat fungistatik dan fungisidal
terhadap khamir. Perlakuan metode ekstraksi dan
konsentrasi ekstrak tidak menunjukkan adanya interaksi antar faktor namun
memberikan pengaruh sangat nyata (α = 0,01) terhadap penghambatan pertumbuhan
bakteri dan khamir nira tebu. KHM infusa dan maserat daun gambir terhadap
bakteri berturut-turut yaitu infusa konsentrasi 100% dan maserat konsentrasi
90%. KHM infusa dan maserat daun gambir terhadap terhadap khamir berturut-turut
yaitu infusa konsentrasi 90% dan maserat konsentrasi 90%. KBM ekstrak daun
gambir terhadap khamir yaitu maserat konsentrasi 100%.
Kata Kunci: Antimikroba, Daun Gambir, Konsentrasi Bunuh
Minimum, Konsentrasi Hambat Minimum
ABSTRACT
Sugarcane is an
agricultural commodity producer of sugar. This is due to decrease of sugar
yield to 7% due to harvest-to-mill delays which increases activity of bacteria
and yeast that degrade sucrose sugarcane juice. Gambir (Uncaria gambir) Cubadak variety is a shrub plant which has high
levels of phenol that has antimicrobial activities. The aim of this study is to determine the antimicrobial activities of
gambir leaf extract towards minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum
bactericidal concentration (MBC) by variations treatment of method of extraction
and concentration of extract. This study used a Randomized Block Design (RBD)
with two factors, those are extraction method with 2 levels, infusion and
maceration, and concentration of extract with 4 levels of 70%, 80%, 90% and
100%. The results showed that gambir leaf extract has antimicrobial activities,
showed bacteriostatic against bacteria, and fungistatic and fungicidal against
yeast. Treatment methods of extraction and concentration of extract did not
show any interaction between factors but show highly significant effect (α =
0.01) on inhibition growth of bacteria and yeast from sugarcane juice. MIC of
infused extract and macerated extract from gambir leaf against bacteria
respectively infused extract of concentration 100% and macerated extract of
concentrations 90%. MIC of infused extract and macerated extract from gambir
leaf against yeast respectively infused extract of concentration 90% and
macerated extract of concentrations 90%. MBC of gambir leaf extract against
yeasts that is macerated extract concentration of 100%.
Keywords: Antimicrobial, Gambir Leaf, Minimum Bactericidal
Concentration (MBC), Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
PENDAHULUAN
Tebu termasuk komoditas perkebunan penting
Indonesia sebagai penghasil nira tebu yang merupakan bahan baku gula [1].
Sayangnya produktivitas gula Indonesia masih rendah akibat rendahnya rendemen
gula yaitu 7% yang disebabkan degradasi sukrosa oleh bakteri dan khamir pada
nira tebu [2, 3]. Indonesia mampu memproduksi sekitar 2,4 juta ton gula/tahun
dengan tingkat rendemen 7%. Jika rendemen
ditingkatkan menjadi 10%, Indonesia mampu memproduksi 3,5 juta ton gula/tahun
dan diprediksi mampu memenuhi target swasembada gula jika rendemen tebu
mencapai 14%[4].
Sebelumnya telah dilakukan berbagai penelitian
untuk menghambat dan membunuh mikroorganisme pada nira tebu menggunakan
pengawet kimia seperti sodium metasilicate 5% [5], thiocarbamate [6], dan
kalium metabisulfit 0,01% [7]. Solusi sebelumnya dianggap kurang optimal karena
itu diperlukan alternatif penanganan tebu pasca panen yang efektif salah
satunya dengan memanfaatkan antimikroba dari ekstrak daun gambir.
Gambir
(Uncaria gambier) merupakan salah
satu komoditas berorientasi ekspor, dimana Indonesia adalah negara pemasok
utama gambir dunia [8]. Pemanfaatan gambir selama ini masih belum optimal
karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam ekstraksi gambir [9]. Gambir
sebagian besar hanya diolah untuk zat pewarna dalam industri batik, industri
penyamak kulit, ramuan makan sirih, bahan baku pembuatan permen dalam acara
adat di India dan sebagai penjernih pada industri air [10]. Padahal gambir
mengandung senyawa fenol dan turunannya [11]. Senyawa fenol berpotensi sebagai
antimikroba [12,13]. Selain itu, fenol dari daun gambir dinyatakan aman
digunakan [14,15]. Varietas gambir yang
paling banyak ditanam petani dan memiliki kadar fenol yang tinggi adalah tipe
gambir cubadak [16].
Selama
ini belum dilakukan penelitian mengenai pengaruh metode ekstraksi dan
konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap aktivitas antimikroba pada bakteri dan
khamir nira tebu. Metode ekstraksi yang tepat diperlukan agar mendapatkan
ekstrak daun gambir dengan konsentrasi senyawa fenolik yang tinggi [16]. Selain
itu konsentrasi yang tepat diperlukan untuk memberikan efek optimum senyawa
fenolik yang dihasilkan untuk membunuh mikroorganisme target. Metode ekstraksi
dan konsentrasi ekstrak merupakan dua faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba
yang dihasilkan [17].
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun gambir varietas
cubadak, nira tebu, Potato Dextrose Agar (PDA), Potato Dextrose Broth (PDB), Nutrient Broth (NB) dan Nutrient
Agar (NA), aquades, asam galat standar 1000 μg/L, reagen
Folin-Ciocalteau (diencerkan 1:10 dengan aquades), larutan Na2CO3
75 g/L, Buffered Peptone Water (BPW), dan alkohol 80%.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi Juice
Cane Extractor (Tagawa),
oven, laminar air flow, rotary vacuum
evaporator, mortar, neraca analitik ketelitian 0,1 mg (Mettle denver AA
200), ayakan 60 mesh (W.S. Tyler), blender kering (Quantum), kulkas (Toshiba),
mikropipet nonfixed 1000 μl (finnpipette labsystem),
inkubator (WTB Binder), spektrofotometer (Unico uv-210), autoklaf (HL-36
AE Hiramaya), pH meter (Hanna), colony
counter, jangka sorong, penggaris, mikrotip, termometer air (Various),
spatula kaca (Strepilan), tabung reaksi (Pyrex Iwaki), gelas beker ukuran 250
ml (Pyrex Iwaki), kompor, bunsen, erlenmeyer ukuran 500 mL (Pyrex Iwaki), labu
gojog 100 ml (Pyrex Iwaki), labu ukur 100 ml (Pyrex Iwaki), cawan petri
(Strepilan), borer 6 mm, cotton swab, dan
alumunium foil.
Desain Penelitian
Digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2
faktor dan 3 ulangan, yaitu metode ekstraksi daun gambir yaitu infus (M1) dan maserasi
(M2) dan konsentrasi ekstrak daun gambir 70% (K1), 80% (K2), 90% (K3), dan 100%
(K4). Analisis data dilakukan dengan metode Analysis of Varian (ANOVA)
untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau pengaruh pada tiap perlakuan.
Selanjutnya dilakukan uji lanjut menggunakan metode BNT dengan taraf sangat
nyata (α=0.01).
Tahapan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam dua
tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Hasil penelitian
pendahuluan bertujuan untuk menentukan rasio bahan:pelarut pada metode
ekstraksi infus dan maserasi serta total fenol infusa dan maserat. Penelitian
lanjutan dilakukan untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi dan konsentrasi
ekstrak terhadap konsentrasi konsentrasi hambat minimum
(KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) bakteri dan khamir.
Metode
Metode yang digunakan untuk
penentuan rasio bahan:pelarut menggunakan metode uji difusi
Kirby-Bauer, analisis
total fenol menggunakan metode Folin-ciocalteu,
serta
pengujian KHM dan KBM ekstrak daun gambir cubadak terhadap bakteri dan khamir
menggunakan metode dilusi.
Prosedur Analisis
1. Persiapan Nira Tebu
Sebanyak 1 lonjor tebu ukuran 30 cm yang telah
dipanen disimpan selama 3 hari yang kemudian tebu dicuci dan dikupas kulitnya,
selanjutnya tebu diperas menggunakan juice cane extractor dan diulang
sebanyak tiga kali agar semua nira terperas keluar. Nira disaring dan disimpan
dalam botol steril sebagai sumber kultur bakteri dan khamir [4].
2. Pembuatan Stok Kultur
a. Pembuatan Stok Kultur Bakteri
Sebanyak 10 ml nira tebu
ditempatkan pada tabung reaksi kemudian diencerkan secara bertingkat
menggunakan Buffered Peptone Water (BPW) hingga pengenceran 106. Selanjutnya
tiga pengenceran terakhir masing-masing 1 ml dan dilakukan plating pada media
NA dengan metode pour plate secara triplo dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC [4].
b. Pembuatan Stok Kultur Khamir
Sebanyak 10 ml nira tebu
ditempatkan pada tabung reaksi kemudian diencerkan secara bertingkat
menggunakan Buffered Peptone Water (BPW) hingga pengenceran 106. Selanjutnya
tiga pengenceran terakhir masing-masing 1 ml dan dilakukan plating pada media PDA
dengan metode pour plate secara triplo dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC [4].
3. Pembuatan Serbuk Daun Gambir Cubadak
Sebanyak 1 kg daun segar dicuci dan dikeringkan
dalam oven suhu 60°C selama 4 jam. Daun gambir kering kemudian dihancurkan
dengan blender kering selama 5 menit, ditumbuk menggunakan mortar agar lebih
halus lalu diayak dengan ayakan 60 mesh [18].
4. Penentuan Rasio Bahan:Pelarut
a. Penentuan Rasio Bahan:Pelarut Metode Infus
Bahan dengan variasi rasio 1:25 (b/v), 1:35 (b/v),
1:45 (b/v) diekstrak dalam aquades menggunakan penangas air selama 15 menit
pada suhu 90OC. Infusa yang diperoleh disaring dua kali dengan
dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium
foil selanjutnya dilakukan
analisa antibakteri dan antifungal ekstrak menggunakan metode difusi Kirby and
Bauer secara triplo [19].
b. Penentuan Rasio Bahan:Pelarut
Metode Maserasi
Bahan dengan variasi rasio 1:5 (b/v), 1:10 (b/v),
1:15 (b/v) direndam selama 24 jam dengan kecepatan pengadukan 120 rpm dan kedap
cahaya pada temperatur ruang. Maserat yang diperoleh disaring dua kali dengan
dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium
foil selanjutnya dilakukan analisa antibakteri dan antifungal ekstrak
menggunakan metode difusi Kirby and Bauer secara triplo [20].
5. Analisa Total Fenol
Analisa total fenol diawali dengan persiapan sampel
infusa dan maserat daun gambir dengan rasio bahan:pelarut terbaik yang diperoleh
dari tahap sebelumnya. Selanjutnya 1 ml sampel yang akan diuji dimasukkan
kedalam tabung reaksi, ditambahkan larutan Na2CO3 75 g/L
4 ml dan reagen Follin-Ciocalteau diencerkan 1:10) 5 ml, divortex, diinkubasi
selama 1 jam di suhu ruang pada kondisi gelap, diambil 2 ml ekstrak diisikan ke
dalam kuvet, diukur absorbansi pada panjang gelombang (λ) 765 nm,
dikalibrasikan dengan kurva standar asam galat untuk didapatkan total fenol
dalam μg GAE/ml dan dihitung total fenol dalam μg GAE/g dengan persamaan R2
[21], menggunakan rumus sebagai berikut
[22]:
C = CGAE x V
G
Keterangan:
C = kadar total
fenol (μg/g)
CGAE = kadar
total fenol dalam bentuk ekuivalen asam galat (μg/ml)
V = volume ekstrak
yang dihasilkan (ml)
G = massa bahan (g)
6. Pembuatan Ekstrak Daun Gambir Cubadak
a.
Pembuatan ekstrak dengan metode Infus
Serbuk daun gambir ditimbang 20 gram, dilarutkan
dalam aquades sebanyak 700 ml (perbandingan 1:35) pada erlenmeyer yang sudah
ditutup oleh alumunium foil.
Selanjutnya, erlenmeyer yang berisi larutan serbuk daun gambir diletakkan dalam
beker gelas yang berisi aquades sebanyak 200 mL dan dipanaskan dalam beker
gelas selama 15 menit pada suhu 90OC. Infusa yang diperoleh disaring
dua kali dengan dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang
telah dilapisi aluminium foil dan disimpan pada kulkas suhu 4°C.
Konsentrasi infusa 100% didapatkan dengan cara larutan yang telah didapat
diuapkan menggunakan rotary vacuum
evaporator dengan temperatur 60oC selama ±3 jam hingga diperoleh
ekstrak kental. Selanjutnya larutan infusa diencerkan menggunakan aquades
steril sesuai konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 100% sebelum digunakan [19].
b.
Pembuatan ekstrak dengan metode Maserasi
Serbuk daun gambir ditimbang 20 gram, dilarutkan
dalam aquades sebanyak 200 ml (perbandingan 1:10) pada erlenmeyer yang sudah
ditutup oleh alumunium foil dan
dilakukan maserasi selama 24 jam dengan kecepatan 120 rpm pada temperatur
ruang. Maserat yang diperoleh disaring dua kali dengan dengan kertas saring
halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil dan
disimpan pada kulkas suhu 4°C. Konsentrasi maserat 100% didapatkan dengan cara
menguapkan larutan yang telah didapat menggunakan rotary vacuum evaporator dengan temperatur 60oC selama
±3 jam hingga diperoleh ekstrak kental, selanjutnya larutan maserat diencerkan
menggunakan aquades steril sesuai konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 100% sebelum
digunakan [23].
7.
Penentuan KHM bakteri dan
khamir
Pada pengujian KHM bakteri, sebanyak 4 ml media NB
steril dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ekstrak yang
dibuat dengan 8 perlakuan yaitu infusa konsentrasi ekstrak 70%, 80%, 90%, 100%,
dan maserat konsentrasi ekstrak 70%, 80%, 90%, 100%. Selanjutnya ditambahkan
0,5 ml suspensi bakteri ke dalam media. Tabung-tabung reaksi tersebut kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C dalam inkubator. Tabung reaksi divortex
sebelum pengamatan kejernihan dan absorbansi. Kejernihan diamati dengan cara
dibandingkan pada kontrol negatif (kontrol media) dan kontrol positif (kontrol
bakteri) sebelum dan setelah inkubasi untuk analisa kualitatif. Untuk analisa
kuantitatif, absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer (λ= 480 nm) sebelum
dan setelah inkubasi [24].
Pada pengujian KHM khamir, sebanyak 4 ml media PDB
steril dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml
ekstrak yang dibuat 8 perlakuan yaitu infusa konsentrasi ekstrak 70%, 80%, 90%,
100%, dan maserat konsentrasi ekstrak 70%, 80%, 90%, 100%. Selanjutnya
ditambahkan 0,5 ml suspensi khamir ke dalam media. Tabung-tabung reaksi
tersebut kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C dalam inkubator.
Tabung reaksi divortex sebelum pengamatan kejernihan dan absorbansi. Kejernihan
diamati dengan cara dibandingkan pada kontrol negatif (kontrol media) dan
kontrol positif (kontrol khamir) sebelum dan setelah inkubasi untuk analisa
kualitatif. Untuk analisa kuantitatif, absorbansi diukur menggunakan
spektrofotometer (λ= 480 nm) sebelum dan setelah inkubasi [24].
Pada analisa kualitatif, sampel dengan konsentrasi
terendah yang tetap jernih setelah inkubasi dianggap sebagai KHM. Sampel yang
tetap jernih selanjutnya diambil untuk dilakukan uji KBM. Pada analisa
kuantitatif, KHM ditentukan dengan dengan menghitung OD setelah perlakuan
inkubasi dikurangi OD sebelum inkubasi. Apabila terdapat konsentrasi terendah
yang menghambat pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan
(OD ≤ 0), maka diperoleh Kadar Hambat minimum (KHM). Persentase penghambatan
KHM secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
% penghambatan =
x 100%
8.
Penentuan KBM bakteri dan khamir
Sampel yang tetap jernih setelah inkubasi diambil
dan ditumbuhkan pada media agar (PDA untuk khamir dan NA untuk bakteri) untuk
mengidentifikasi adanya pertumbuhan mikroba setelah diinkubasi pada media agar.
Konsentrasi
ekstrak terendah yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni pada media
agar dinyatakan sebagai KBM [22].
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penentuan Rasio Bahan:Pelarut
Salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan ekstraksi adalah rasio bahan:pelarut [25].
Penentuan rasio bahan:pelarut sangat penting untuk memperoleh hasil ekstraksi
yang paling optimal. Pada penelitian ini dilakukan dua variasi metode
ekstraksi yaitu infus dan maserasi menggunakan aquades sebagai pelarut.
1.1 Penentuan Rasio Bahan:Pelarut
Metode Infus
Berdasarkan hasil
ekstraksi menggunakan metode infus dengan variasi rasio bahan:pelarut 1:25
(b/v), 1:35 (b/v), 1:45 (b/v). Data pengaruh
rasio bahan:pelarut infusa terhadap zona hambat bakteri dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Pengaruh rasio bahan:pelarut infusa terhadap zona
hambat bakteri uji
Rasio Bahan:
Pelarut
|
Zona Hambat
|
|
||
Ulg. 1
(mm)
|
Ulg. 2
(mm)
|
Ulg. 3 (mm)
|
Rerata
(mm)
|
|
Kontrol
|
0
|
0
|
0
|
0±0,00
|
1:25 (b/v)
|
4,79
|
4,85
|
4,81
|
4,82±0,02
|
1:35 (b/v)
|
6,69
|
6,70
|
6,73
|
6,71±0,02
|
1:45 (b/v)
|
5,70
|
5,70
|
5,66
|
5,69±0,02
|
Berdasarkan Tabel 1
diatas ditunjukkan rerata diameter zona hambat kontrol negatif (aquades), 1:25
(b/v), 1:35 (b/v), dan 1:45 (b/v) berturut-turut yaitu 0±0,00 mm, 4,82±0,02 mm,
6,71±0,02 mm, dan 5,69±0,02 mm. Selain terhadap bakteri, pengujian zona hambat
juga dilakukan terhadap khamir uji. Berdasarkan hasil ekstraksi menggunakan
metode infus dengan variasi rasio bahan:pelarut 1:25 (b/v), 1:35 (b/v), 1:45
(b/v). Data pengaruh
rasio bahan:pelarut infusa terhadap zona hambat bakteri dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Pengaruh rasio bahan:pelarut infusa terhadap zona
hambat khamir uji
Rasio Bahan:
Pelarut
|
Zona Hambat
|
|
||
Ulg. 1
(mm)
|
Ulg. 2
(mm)
|
Ulg. 3 (mm)
|
Rerata
(mm)
|
|
Kontrol
|
0
|
0
|
0
|
0±0,00
|
1:25 (b/v)
|
6,19
|
6,11
|
6,16
|
6,15±0,03
|
1:35 (b/v)
|
8,35
|
8,45
|
8,44
|
8,41±0,04
|
1:45 (b/v)
|
7,21
|
7,23
|
7,20
|
7,21±0,01
|
Berdasarkan Tabel 2
diatas ditunjukkan rerata diameter zona hambat kontrol negatif (aquades), 1:25
(b/v), 1:35 (b/v), dan 1:45 (b/v) berturut-turut yaitu 0±0,00 mm, 6,15±0,03 mm,
8,41±0,04 mm, dan 7,21±0,01 mm. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rasio
bahan:pelarut 1:35 merupakan rasio paling optimal karena mampu mengekstrak
senyawa antimikroba daun gambir dengan hasil yang paling besar terhadap bakteri
uji maupun terhadap khamir uji. Hal ini diduga karena kontak bahan dengan
pelarut lebih efektif pada volume 35 mL daripada perlakuan ekstraksi dengan
volume pelarut sebanyak 25 mL dan 45 mL. Data ini juga diperkuat oleh
penelitian [19] bahwa perlakuan terbaik ekstraksi senyawa fenolik daun gambir
yaitu perlakuan rasio bahan:pelarut 1:35 (b/v).
Pada perlakuan
rasio bahan:pelarut 1:25 (b/v) diduga perubahan suhu terjadi lebih cepat dan
lebih tinggi sehingga mengakibatkan tingginya kerusakan termal pada senyawa
fenolik dalam bahan. Kerusakan tanin yang bersifat antimikroba disebabkan
proses hidrolisis selama ekstraksi dan pemanasan terus menerus [23]. Pada
perlakuan rasio bahan:pelarut 1:45 (b/v) diduga volume pelarut yang digunakan
terlalu berlebihan. Kelebihan pelarut menyebabkan pemanasan pada ekstrak daun
gambir menjadi kurang optimal karena panas diserap oleh pelarut [20].
1.2 Penentuan Rasio Bahan:Pelarut
Metode Maserasi
Berdasarkan hasil
ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan variasi rasio bahan:pelarut 1:5
(b/v), 1:10 (b/v), 1:15 (b/v). Data pengaruh
rasio bahan:pelarut maserat terhadap zona hambat bakteri dapat dilihat pada
tabel Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Pengaruh rasio bahan:pelarut maserat terhadap zona
hambat bakteri uji
Rasio Bahan:
Pelarut
|
Zona Hambat
|
|
||
Ulg. 1
(mm)
|
Ulg. 2
(mm)
|
Ulg. 3 (mm)
|
Rerata
(mm)
|
|
Kontrol
|
0
|
0
|
0
|
0±0,00
|
1:5 (b/v)
|
6,30
|
6,32
|
6,34
|
6,32±0,02
|
1:10 (b/v)
|
7,75
|
7,70
|
7,72
|
7,72±0,02
|
1:15 (b/v)
|
6,15
|
6,17
|
6,10
|
6,14±0,03
|
Berdasarkan Tabel 3
diatas ditunjukkan rerata diameter zona hambat kontrol negatif (aquades), 1: 5
(b/v), 1:10 (b/v), dan 1:15 (b/v) secara berturut-turut yaitu 0±0,00 mm, 6,32±0,02
mm, 7,72±0,02 mm dan 6,14±0,03 mm. Pengujian maserat juga dilakukan terhadap
khamir. Berdasarkan hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan variasi
rasio bahan:pelarut 1:5 (b/v), 1:10
(b/v), 1:15 (b/v). Data pengaruh
rasio bahan:pelarut maserat terhadap zona hambat khamir dapat dilihat pada
tabel Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Pengaruh rasio bahan:pelarut maserat terhadap zona
hambat khamir uji
Rasio Bahan:
Pelarut
|
Zona Hambat
|
|
||
Ulg. 1
(mm)
|
Ulg. 2
(mm)
|
Ulg. 3 (mm)
|
Rerata
(mm)
|
|
Kontrol
|
0
|
0
|
0
|
0±0,00
|
1:5 (b/v)
|
8,19
|
8,18
|
8,20
|
8,19±0,01
|
1:10 (b/v)
|
11,40
|
11,45
|
11,44
|
11,43±0,02
|
1:15 (b/v)
|
6,89
|
6,92
|
6,93
|
6,91±0,02
|
Berdasarkan Tabel 4
diatas ditunjukkan rerata diameter zona hambat kontrol negatif (aquades), 1: 5
(b/v), 1:10 (b/v), dan 1:15 (b/v) secara berturut-turut yaitu 0±0,00 mm, 8,19±0,01
mm, 11,43±0,02 mm dan 6,91±0,02 mm. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rasio
bahan:pelarut 1:10 adalah rasio paling optimal karena mampu mengekstrak senyawa
antimikroba daun gambir dengan hasil yang paling optimal. Hal ini diduga karena
kontak bahan dengan pelarut lebih efektif pada volume 10 mL daripada perlakuan
ekstraksi dengan volume pelarut sebanyak 5 mL dan 15 mL.
Jumlah pelarut
mempengaruhi luas kontak padatan dengan pelarut yang akan mempengaruhi
distribusi pelarut ke padatan [8]. Meratanya distribusi pelarut ke bahan akan
memperbesar komponen bahan yang terkekstrak secara sempurna [17]. Hasil
penelitian lain menunjukkan bahwa rasio bahan dengan pelarut yang optimal
berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi senyawa fenolik serbuk daun gambir
yaitu rasio bahan:pelarut 1:10 (b/v) [20].
Pada rasio
bahan:pelarut 1:5 (b/v), diduga pelarut yang digunakan terlalu sedikit untuk
mengekstrak senyawa fenol di dalam bahan sehingga kontak antara bahan dengan
pelarut terbatas [4]. Pada rasio bahan:pelarut 1:15 (b/v), diduga volume
pelarut yang digunakan terlalu berlebihan. Penggunaan pelarut yang berlebihan
dapat menyebabkan kejenuhan pelarut selama ekstraksi sehingga senyawa fenolik
tidak terekstrak secara sempurna [10].
2.
Analisa Total Fenol Ekstrak
Setelah diperoleh rasio bahan:pelarut, juga dilakukan
analisa total fenol ekstrak dengan metode Folin-Ciocaltaeu yang bertujuan untuk
mengetahui keberadaan kandungan senyawa fenolik yang bersifat antimikroba [8]. Rerata total fenol infusa dan maserat berturut-turut
40,779±3,32 mg/g ekstrak dan 54,662±1,73 mg/g ekstrak. Hasil penelitian lain
menyebutkan kandungan fenol dari ekstrak daun gambir memiliki range sebesar
37,887 mg/g-60,478 mg/g [23]. Total fenol ekstrak daun gambir diatas 40 mg/g
sudah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen pada pangan [26].
Hasil dari
pengujian total fenol, ditunjukkan bahwa total fenol maserat daun gambir lebih
tinggi dibandingkan total fenol infusa daun gambir. Perbedaan total fenol
ekstrak ini diduga karena perbedaan metode ekstraksi. Selama ekstraksi dengan
metode infus, dilakukan pemanasan [19]. Suhu yang tinggi selama ekstraksi infus
diduga menyebabkan degradasi beberapa senyawa fenolik sehingga total fenol
ekstrak infusa menurun [27]. Sedangkan pada metode ekstraksi maserasi, suhu
yang digunakan yaitu suhu ruang sehingga degradasi senyawa fenolik akibat suhu
tinggi dapat dihindari dan sesuai untuk ekstraksi senyawa target termolabil
seperti senyawa fenolik [28].
3. Kadar Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Daun Gambir
3.1 Kadar Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Daun Gambir Terhadap Bakteri
Pada penelitian
ini KHM bakteri ditentukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Data hasil analisa kualitatif bakteri disimpulkan pada Tabel 5
berikut:
Tabel 5. Rerata hasil
analisa KHM kualitatif bakteri uji
Perlakuan
|
Pertumbuhan bakteri
|
Rerata Total
|
||
Ulg. 1
|
Ulg. 2
|
Ulg. 3
|
||
Infusa K. 70%
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Infusa K. 80%
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Infusa K. 90%
|
-
|
+
|
+
|
+
|
Infusa K. 100%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Maserat K. 70%
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Maserat K. 80%
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Maserat K. 90%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Maserat K. 100%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Kontrol Positif
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Kontrol Negatif
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan: +
= bakteri tumbuh (keruh)
- = bakteri tidak tumbuh (jernih)
Berdasarkan data
pada Tabel 5 diatas ditunjukkan bahwa sampel infusa dengan perlakuan
konsentrasi 70% (M1K1), 80% (M1K2), dan 90% (M1K3) berubah keruh yang
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri sedangkan sampel infusa dengan perlakuan
konsentrasi 100% (M1K4) tetap jernih setelah inkubasi selama 24 jam. Hal ini
menunjukkan bahwa KHM sampel infusa secara kualitatif yaitu perlakuan
konsentrasi 100% (M1K4). Sedangkan sampel maserat pada konsentrasi 70% (M2K1)
dan 80% (M2K2) berubah keruh yang menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri.
Sementara sampel dengan konsentrasi 90% (M2K3) dan 100% (M2K4) tetap jernih
setelah inkubasi selama 24 jam. Hal ini menunjukkan bahwa KHM sampel maserat
secara kualitatif yaitu konsentrasi 90% (M2K3).
Penghambatan
bakteri ditunjukkan dengan adanya kerjernihan media uji dan penurunan jumlah
koloni bakteri setelah penambahan ekstrak antibakteri [29]. Medium yang keruh
menunjukkan bakteri masih dapat tumbuh, antibakteri tidak efektif, sedangkan
bila medium jernih berarti antibakteri efektif menghambat pertumbuhan bakteri
[30]. Tabel 6 berikut merupakan hasil analisa KHM kuantitatif terhadap bakteri
uji:
Tabel 6. Rerata hasil analisa KHM kuantitatif bakteri uji
Perlakuan
|
ΔOD
|
Rerata ΔOD
|
||
Ulg. 1
|
Ulg. 2
|
Ulg. 3
|
||
Infusa K. 70%
|
0,573
|
0,605
|
0,575
|
1,753
|
Infusa K. 80%
|
0,374
|
0,439
|
0,308
|
1,121
|
Infusa K. 90%
|
0,219
|
0,233
|
0,101
|
0,553
|
Infusa K. 100%
|
0,001
|
0,006
|
0,001
|
0,008
|
Maserat K. 70%
|
0,451
|
0,376
|
0,335
|
1,162
|
Maserat K. 80%
|
0,244
|
0,458
|
0,251
|
0,953
|
Maserat K. 90%
|
0,038
|
0,060
|
0,068
|
0,166
|
Maserat K. 100%
|
0,003
|
0,009
|
0,004
|
0,016
|
Kontrol Positif
|
0,601
|
0,650
|
0,624
|
1,875
|
Kontrol Negatif
|
0,000
|
0,000
|
0,000
|
0,000
|
Berdasarkan Tabel
6. diatas, semakin rendah konsentrasi ekstrak maka aktivitas antibakteri
semakin rendah yang dibuktikan dengan rerata ΔOD
yang semakin mendekati kontrol positif (kontrol bakteri). Semakin tinggi
konsentrasi suatu ekstrak antibakteri, kemampuan penghambatannya cenderung
semakin tinggi [30].
Hasil analisa KHM
kuantitatif belum diperoleh diperoleh ekstrak daun gambir yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri hingga konsentrasi 100%. Hal ini disebabkan adanya berbagai
mikroorganisme pada nira tebu yang berasal dari tanah dan udara serta menempel
pada batang tebu sebelum digiling [30]. Bakteri pada nira tebu tersebut terdiri
dari bakteri aerob pembentuk spora, bakteri aerob tidak membentuk spora, dan
bakteri pembentuk lendir gum [31].
Berdasarkan hasil
analisa ragam KHM terhadap bakteri menunjukkan bahwa perlakuan variasi metode
ekstraksi dan konsentrasi ekstrak berpengaruh sangat nyata (α = 0,01)
terhadap KHM bakteri uji. Namun pada interaksi antar perlakuan atau antar
faktor tidak berpengaruh nyata terhadap KHM bakteri uji.
3.2 Kadar Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Daun Gambir Terhadap
Khamir
Data hasil analisa
kualitatif bakteri disimpulkan pada tabel 9 berikut:
Tabel 9. Rerata hasil analisa KHM kualitatif khamir uji
Perlakuan
|
Pertumbuhan bakteri
|
Rerata Total
|
||
Ulg. 1
|
Ulg. 2
|
Ulg. 3
|
||
Infusa K. 70%
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Infusa K. 80%
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Infusa K. 90%
|
-
|
+
|
-
|
-
|
Infusa K. 100%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Maserat K. 70%
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Maserat K. 80%
|
-
|
+
|
+
|
+
|
Maserat K. 90%
|
-
|
-
|
+
|
-
|
Maserat K. 100%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Kontrol Positif
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Kontrol Negatif
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan: +
= khamir tumbuh (keruh)
- = khamir tidak tumbuh (jernih)
Berdasarkan Tabel 9
diatas, ditunjukkan bahwa sampel infusa konsentrasi 70% (M1K1) dan 80% (M1K2)
berubah keruh sedangkan sampel dengan konsentrasi 90% (M1K3) dan 100% (M1K4)
tetap jernih setelah inkubasi selama 48 jam. Hal ini menunjukkan bahwa KHM
sampel infusa yaitu konsentrasi 90%. Sedangkan sampel maserat pada konsentrasi
70% (M2K1) dan 80% (M2K2) berubah keruh setelah inkubasi selama 48 jam.
Sementara sampel dengan konsentrasi 90% (M2K3), dan 100% (M2K4) menunjukkan
penampakan yang tetap jernih. Hal ini menunjukkan bahwa KHM sampel maserat
yaitu konsentrasi 90%.
Kerjernihan sampel
uji setelah inkubasi menunjukkan kemampuan suatu antimikroba menghambat
pertumbuhan sel target [17]. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian
Prasetiyo (2015) bahwa gambir telah terbukti menghambat pertumbuhan jamur pada
fase log dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) pada rentang konsentrasi 80% hingga 90%. Gambir memiliki kemampuan
menghambat Saccharomycess cerevisiae
pada konsentrasi 90%[34]
Perbedaan KHM pada dua metode ekstraksi yang
berbeda ini diduga karena kandungan fenol pada maserat lebih banyak
dibandingkan pada infusa. Metode ekstraksi maserasi memiliki keunggulan
dibandingkan metode infus karena dapat mencegah degradasi pada senyawa target
termolabil sekalipun seperti senyawa fenolik. Hal ini menyebabkan maserat dapat
memberikan pengaruh penghambatan khamir yang lebih baik dibandingkan infusa [32].
Hasil penelitian [26] maserasi cocok digunakan untuk mengekstrak senyawa
termolabil seperti senyawa fenolik. Hasil pengujian KHM kuantitatif terhadap
khamir diperoleh hasil sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 10 berikut:
Tabel 10. Rerata hasil analisa KHM kuantitatif khamir uji
Perlakuan
|
ΔOD
|
Rerata ΔOD
|
||
Ulg. 1
|
Ulg. 2
|
Ulg. 3
|
||
Infusa K. 70%
|
0,492
|
0,536
|
0,587
|
0,438
|
Infusa K. 80%
|
0,218
|
0,284
|
0,290
|
0,264
|
Infusa K. 90%
|
0,077
|
0,095
|
0,116
|
0,064
|
Infusa K. 100%
|
0,014
|
0,009
|
0,006
|
0,013
|
Maserat K. 70%
|
0,400
|
0,388
|
0,377
|
0,321
|
Maserat K. 80%
|
0,172
|
0,149
|
0,157
|
0,159
|
Maserat K. 90%
|
0,034
|
0,026
|
0,031
|
0,030
|
Maserat K. 100%
|
0,004
|
0,002
|
0,001
|
0,002
|
Kontrol Positif
|
0,650
|
0,595
|
0,633
|
0,626
|
Kontrol Negatif
|
0,000
|
0,000
|
0,000
|
0,000
|
Berdasarkan Tabel 10
diatas, persentase penghambatan tertinggi terhadap khamir yaitu perlakuan
maserat konsentrasi 100% (M2K4) dengan rerata persentase penghambatan tertinggi
yaitu 99,6% dan rerata ΔOD 0,002 sedangkan
rerata persentase penghambatan terendah yaitu perlakuan infusa konsentrasi 70%
(M1K1) dengan persentase 13,8% dan rerata ΔOD
0,438. Semakin rendah konsentrasi ekstrak maka aktivitas antifungal
semakin rendah yang dibuktikan dengan rerata ΔOD
yang semakin mendekati kontrol positif. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak etanol gambir, maka semakin rendah pertumbuhan khamir [33]. Gambir memiliki
kemampuan menghambat khamir Saccharomycess
cerevisiae [34].
Berdasarkan hasil
analisa ragam, perlakuan variasi metode ekstraksi dan konsentrasi ekstrak
berpengaruh sangat nyata (α = 0,01) terhadap KHM khamir uji. Namun pada interaksi antar perlakuan atau
antar faktor tidak berpengaruh nyata terhadap KHM uji.
4.
Kadar Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Gambir
4.1 Kadar Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Gambir Terhadap
Bakteri
Penentuan KBM bakteri dilakukan terhadap infusa konsentrasi 90% (M1K3), maserat konsentrasi 90% (M2K3), dan maserat
konsentrasi 100% (M2K4). Hasil analisa KBM ekstrak daun gambir terhadap
bakteri uji ditunjukkan pada tabel 13 berikut:
Tabel 13. Hasil analisa kuantitatif KBM terhadap bakteri uji
Perlakuan
|
Jumlah Koloni
|
Rerata
|
||
Ulg. 1
|
Ulg. 2
|
Ulg. 3
|
||
Infusa K. 100%
|
145
|
130
|
135
|
137±6,24
|
Maserat K. 90%
|
300
|
292
|
280
|
291±8,22
|
Maserat K. 100%
|
55
|
45
|
50
|
50±4,08
|
Berdasarkan Tabel 13 diatas, pertumbuhan koloni bakteri tertinggi dan
terendah berturut-turut tumbuh pada perlakuan ekstrak maserat konsentrasi 90%
dengan rerata 291±8,22 koloni dan maserat konsentrasi 100% dengan rerata
50±4,08 koloni. Masih terdapat pertumbuhan bakteri semua perlakuan sehingga
tidak diperoleh nilai KBM ekstrak daun gambir terhadap bakteri. Hal ini diduga
karena senyawa fenolik daun gambir hanya bersifat bakteriostatik dan bukan
bakterisidal atau bakteriolitik [31]. Variasi bakteri yang terdapat dalam nira
tebu diduga mempengaruhi aktivitas antibakteri ekstrak daun gambir, karena
terdapat beberapa bakteri yang memiliki resistensi sangat tinggi terhadap
antibakteri [17].
4.2 Kadar Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Gambir Terhadap
Khamir
Data hasil pengujian KBM
terhadap khamir uji ditunjukkan pada Tabel 14 berikut:
Tabel 14. Hasil analisa kuantitatif KBM terhadap khamir uji
Perlakuan
|
Jumlah Koloni
|
Rerata
|
||
Ulg. 1
|
Ulg. 2
|
Ulg. 3
|
||
Infusa K. 90%
|
130
|
140
|
135
|
135±4,08
|
Infusa K. 100%
|
45
|
38
|
45
|
128±3,30
|
Maserat K. 90%
|
3
|
2
|
0
|
2±1,25
|
Maserat K. 100%
|
0
|
0
|
0
|
0±0,00
|
Berdasarkan Tabel 14
diatas, perlakuan M1K3 (ekstrak infusa 90%), M1K4 (ekstrak infusa 100%), M2K2
(ekstrak maserat 80%), dan M2K3 (ekstrak maserat 90%) masih menunjukkan adanya
pertumbuhan khamir sedangkan pada perlakuan M2K4 (ekstrak maserat 100%) tidak
terdapat pertumbuhan khamir pada setiap ulangan. Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan M2K4 (ekstrak maserat 100%) dapat ditentukan sebagai KBM ekstrak daun
gambir terhadap khamir. Ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) memiliki aktivitas
antifungal terhadap Candida albicans dengan Kadar Bunuh Minimum (KBM)
konsentrasi ekstrak 100% [33]. Ekstrak kental daun gambir bersifat fungsidal
[35].
Aktivitas
fungisidal ekstrak daun gambir disebabkan kandungan katekin dan tanin di
dalamnya [1]. Senyawa flavonoid pada gambir berperan sebagai antifungal dengan
cara mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel sehingga pertumbuhan jamur
terhenti atau mati [14]. Tanin diduga berperan mengerutkan dinding sel sehingga
menganggu permeabilitas sel itu sendiri sehingga aktivitas hidup mikroba dan
fungi terhambat [36].
SIMPULAN
Ekstrak daun gambir memiliki potensi sebagai antibakteri yang bersifat
bakteriostatik, ditunjukkan dengan KHM infusa dan maserat daun gambir terhadap
bakteri berturut-turut yaitu infusa konsentrasi 100% (M1K4) dan maserat
konsentrasi 90% (M2K3). Namun belum terdapat KBM infusa maupun maserat daun
gambir terhadap bakteri. Ekstrak daun gambir memiliki potensi sebagai
antifungal yang bersifat fungistatik dan fungisidal terhadap khamir yang
ditunjukkan dengan KHM infusa dan maserat daun gambir terhadap terhadap khamir
berturut-turut yaitu infusa konsentrasi 90% (M1K3) dan maserat konsentrasi 90%
(M2K3). KBM ekstrak daun gambir terhadap khamir yaitu maserat konsentrasi 100%
(M2K4).
DAFTAR PUSTAKA
1)
Soetopo, D., Purwono, Siswanto, M. Syakir, S. Joni,
J. Pitono dan W. Rumini. 2012. Budidaya
dan Pasca Panen Tebu. Puslitbang perkebunan. 38 hlm.
2)
Solomon,
S., A.K. Srivastava, P. Singh, I. Singh, A. Sawnani, C.P. Prajapati. 2007. An Assessment of Postharvest Sucrose Losses
in Sugarcane Billets Under Subtropical Conditions. Proc. Int. Soc. Sugar
Cane Technol., 26: 1513 1520.
3)
Saxena, P., R. P. Srivastava, M. L. Sharma. 2010. Impact of Cut to Crush Delay and
Biochemical Changes in Sugarcane. Aust. J. Crop Sci., 4(9): 692 699.
4)
Winata, E. D. 2013. Pengendalian Mutu Proses Pengolahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Rendemen di PG. Djatiroto – Lumajang. Universitas Brawijaya.
Malang.
5)
Layoso, J. D., and L. Rosario. 2005. In Vivo Inhibition of Sugarcane Invertase.
The Philippine Journal of Crop Science. Vol II No 3.
6)
Smith, S., M. Alok, Lall, and Gaibriyal. 2009. Application
of Thiocarbamate Based Chemical for Minimization Enzyme Activity in Sugar Cane
Juice. Current Research Journal of Biological Sciences 1 (1): 11-13, 2009.
ISSN: 2041-0778.
7)
Sangeeta, B. S. Hathan, and B. S. khatkar. 2013. Studies on Stability of Sugarcane Juice
Blended with Anola Juice at Refrigerated and Room Temperature. International
Journal of Agriculture and Food Science Technology. ISSN 2249-3050, Volume
4, Number 10 (2013), pp. 1027-1036.
8)
Amos, H. Henanto, S. Royaningsih, dan F. Laura.
2014. Kandungan Katekin pada Gambir.
Makalah pada Seminar Nasional ke XVII & Kongres ke X Perhimpunan Biokimia
& Biologi Molekuler Indonesia di Pekanbaru, Riau.
9)
Nazir, A. 2011. Gambir Budidaya, Pengelolaan dan Prospek Diversifikasinya. Yayasan
Hutanku. Padang.
10) Zamarel dan Risfaheri. 2015. Perkembangan
Penelitian Tanaman Industri Lain. Edisi Khusus Littro VII (2).Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
11) Pambayun, R., M.Gardjito, S. Sudarmadji, dan K. R. Kuswanto. 2007. Kandungan Fenol dan Sifat Antibakteri dari
Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir (Uncaria gambir Roxb). Majalah
Farmasi Indonesia 18 (3). Hal 141 – 146.
12) Arakawa, H., M. Masako, S. Robuyusi, and Miyazaki. 2007. Role of Hydrogen Peroxide in Bactericidal
Action of Catechin. Biological and Pharmaceutical Bulletin, Vol. 27 No.
3227: 227-228.
13) Tinambunan, A. 2010. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran
Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. [Tesis]. Universitas Gadjahmada,
Yogyakarta.
14) Apea-Bah, F. B. 2009. Assessment
of the DPPH and á-glucosidase Inhibitory Potential of Gambier and Qualitative
Identification of Major Bioactive Compound. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 3(10): 736-757.
15) Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf
Hidup Petani. [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
16) Murti, K. 2004. Analisis Status Hara N, P, K dalam
Hubungannya dengan Hasil Tanaman Gambir (Uncaria gambir. Roxb) di Siguntur
Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Stigma XIII, 177-180.
17) Racowski, I., V.T. Freire, C. L. S. Souza, T. M. Santos, and B. Pagani. 2015. Study of the Sugarcane (Sachharum spp.) Antimicrobial Activity Against the Fungi Aspergillus sp.
and Fusarium sp. Termomecanica School of Technology:
Estrada dos Alvarengas, n 4.001, Sao Bernardo do Campo, SP, Brazil.
18) Rao, K., R. Aradhana, D. Banjii, R. Chaitanya, and A. A. Kumar. 2011. In Vitro Anti Oxidant and Free Radical Scavenging Activity
of Various Extracts of Tectona grandis Linn Leaves. Journal of
Pharmacy Research 2(4): 440-442.
19) Magdalena, N. V. 2015. Antibakteri
Dari Ekstrak Kasar Daun Gambir (Uncaria
gambir var Cubadak) Metode Microwave-Assisted Extraction Terhadap Bakteri
Patogen. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 No 1 p.124-135, Januari 2015.
20) Dewi, F. K. 2010. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria
gambir Roxb.) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Surakarta:
Jurusan Biologi MIPA, Univ. Sebelas Maret.
21) Folin, O., and V. Ciocalteu. 1944. Tyrosine
and Tryptophane Determinations in Proteins. Jour. Bio. Chem., 73 : 627-650, 1927, in. Todd-Sanford, 10, 412.
22) Sharma, G.N. 2011. Phytochemical Screening and Estimation of
Total Phenolic Content in Aegle marmelos Seeds. International Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research 2(3): 27-29
23) Istiqomah. 2013. Perbandingan
Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar Fenol Daun Gambir (Uncaria gambier Roxb.). [Tugas Akhir]. UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
24) Madigan, M. T., J. M. Martinko, and J. Parker. 2013. Brock Biology of Microorganisms. Tenth
Edition. Southern Illinois University Carbondale.
25) Naufalin, R. 2015. Kajian Sifat
Antimikroba Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambier Roxb.) Terhadap Berbagai
Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. [Disertasi]. Sekolah pasca Sarjana,
IPB. Bogor.
26) Roslizawaty, N. Y. Ramadani, Fakhrurrazi, and Herrialfian. 2013. Aktivitas Antibakterial Ekstrak Etanol dan
Rebusan Gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap bakteri Escherichia coli. J.
Medika Veterinaria 7(2):91-94.
27) Naidu, A. S. 2010. Natural Food
Antimicrobial Systems. CRC Press. USA.
28) Fauzi. 2013. Kimia Bahan Alam.
Fakultas Farmasi, Unisba.
29) Pelczar M.J. and E. C. S. Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi 2 (terj.). UI press. Jakarta, Hlm. 452
-460.
30) Ahmed, S. A. 2008. Invertase
Production by Bacillus macerans Immobilized on Calcium Alginate Beads.
Journal of Applied Science Research, 4(12):1777-1781.
31) Patil, S. H., P. V. Deshmukh, S. A. Sreenivas, V. Sankeertana, V. Rekha,
and B. Anjaiah. 2012. Evaluation of
Anthelmintic activity of Uncaria gambier
Roxb. against Pheretima posthuma. Int. J. Drug Dev. & Res.,
October-December 2012, 4(4): 234-238.
32) Almeida, A. C., L. C. de Araujo., A. M. Costa., C. A. M. de Abreu., M.
A. G. de Andrade Lima., M. de L. A. P. F. Palha. 2005. Sucrose Hydrolysis Catalyzed by Auto-Immobilized Invertase into Intact
Cell of Cladosporium cladosporioides. Electronic Journal of
Biotechnology, (8): 54-62.
33) Suraini, Chairani, dan Enlita. 2015.
Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terhadap Candida
albicans secara In Vitro. Scientia Vol. 5 No. 2, Agustus 2015.
34) Widiyanti, R. 2006. Analisa
Kandungan Antioksidan dan Fenol pada Gambir (Uncaria gambir Roxb).
Universitas Indonesia. Jakarta.
35) Pratiwi, I. 2009. Uji Antibakteri
Ekstrak Kasar Daun Gambir terhadap Bakteri Salmonella
choleraesuis dan Salmonella
typhimurium. Surakarta:
Jurusan Biologi FMIPA UNS.
36) Benko, A. M. 2010. Overview on
Plant Antimicrobial Peptides. Current Protein and Peptide Science.[s. l.],
v. 11, n. 3, p. 181-188, 2010.
No comments:
Post a Comment