RINGKASAN
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, salah satunya adalah tebu. Sayangnya kebutuhan gula nasional Indonesia sebesar 3,2 juta ton pertahun sementara produksi dalam negeri hanya memenuhi sekitar 2 juta ton. Sehingga Indonesia terpaksa impor gula dengan nilai mencapai 1,5 juta ton per tahun atau setara dengan 1 triliun. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas industri gula yaitu terjadinya degradasi gula (sukrosa) oleh mikroorganisme menjadi gula sederhana yang tidak dapat dikristalisasi. Semakin tinggi aktivitas invertase maka semakin rendah kandungan sukrosa pada tebu.
Selain berdampak pada rendahnya produktivitas gula nasional, hal ini juga merugikan petani tebu yang karena tebu yang dipanen tidak diterima pabrik akibat rendemennya yang terlalu rendah (7%) sementara rendemen minimal yang diterima pabrik yaitu 8%. Selain itu, banyaknya petani tebu yang sangat bergantung pada pekerjaannya bertani dan tidak bekerja sama sekali diluar musim panen sehingga penghasilannya hanya bergantung pada upah panen tebu. Solusi yang pernah diterapkan sebelumnya yaitu penggunaan Potassium Metabisulfit dan kombinasi natrium benzoat dengan potassium sorbat masih memiliki dampak negatif sedangkan pencegahan inversi dengan metode kombinasi tekanan dan suhu harganya yang mahal.
Gambir merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang mengandung turunan senyawa polifenol terutama katekin dan tanin yang memiliki aktivitas antibakteri sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai antiinversi alami dalam bentuk AGAR. Pengaplikasian AGAR yaitu dengan cara penyemprotan di kedua ujung batang yang dipotong lalu dilanjutkan ke seluruh batang tebu. Pasca penggunaan AGAR pada tebu pasca panen dan tunda giling selama tiga hari menunjukkan kadar rendemen nira tebu dapat dipertahankan pada persentase 11,085% dengan pH 5,626. Selain itu, AGAR terbukti menurunkan pertumbuhan mikroba hingga log 5.877 dan menurunkan kadar gula pereduksi hingga tersisa hanya 0,649%.
Berdasarkan analisis SWOT, AGAR memiliki kekuatan (Strength) yakni efisien karena dapat mencegah kerja enzim invertase secara langsung dan aplikatif karena penggunaannya mudah yaitu cukup dengan disemprotkan saja. Kesempatan (Opportunities) karena produktivitas gula semakin menurun dan belum ada alternatif yang efisien. Metode pendekatan yang digunakan yaitu metode SERASI (Sosialisasi, Pengajaran, dan Evaluasi). Solusi ini dinilai efektif karena dapat meningkatkan kualitas nira tebu dan pendapatan tambahan petani tebu. Dampak kemanfaatan program ini bagi masyarakat secara langsung adalah masyarakat dapat membuat antiinversi AGAR yang aman, ramah lingkungan, berharga jual tinggi dibandingkan daun Gambir, dan mengaplikasikan AGAR pada tebu pasca panen untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas rendemennya. Sedangkan secara tidak langsung yaitu terbentuk sistem manajerial persatuan pengrajin AGAR yang terorganisir sehingga kelompok tersebut berperan sebagai unit percontohan yang akan menginisiasi daerah di sekitarnya dimana perekonomian akan tumbuh dengan maksimal di wilayah disekitarnya.
Kata Kunci: Antiinversi, Gambir, Petani, Tebu
No comments:
Post a Comment