REVIEW JURNAL MINIMALLY PROCESSED FOOD
Alat Elektrokimia Baru
sebagai Sistem Disinfektasi untuk Menjaga Kualitas Air selama Pencucian dari
produk segar siap makan
Sumber : Lopez,
V.G.M., Maria I.G., Ana A. 2017. A novel
electrochemical device as a disinfection system to maintain water quality
during washing of ready to eat fresh produce. Journal of Food Control, 71:
242-247.
Latar Belakang
1.Pada proses produksi produk segar, pencucian merupakan
tahapan penting untuk menghilangkan sebagian besar kotoran, potongan-potongan
kecil ataupun getah yang muncul akibat pemotongan. 2. Selain itu untuk
mengurangi jumlah mikroba pada produk, biasanya ditambahkan bahan disinfektan
seperti klorin. 3. Klorin biasa digunakan karena harganya yang murah dan
efektif untuk menginaktifkan mikroba. 4. Namun penggunaan klorin saat ini mulai
diperhatikan dan diupayakan untuk dikurangi, hal ini karena penggunaan klorin
dapat menghasilkan produk samping seperti trihalometan (THM) yang dapat menjadi
toksin bagi manusia. 5. Oleh karena itu saat ini mulai dipelajari dan
dikembangkan teknologi electrolyzed water
(EW) yang berpotensi sebagai sistem disinfektan baru pengganti klorin.
Upaya Penyelesaian
1. Sistem EW (electrolyzed
water) adalah sistem yang melewatkan larutan garam (umumnya NaCl) melalui
sel elektrolit sehingga akan menghasilkan klorin bebas yang berperan sebagai
agen inaktivasi mikroba. 2. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan yakni
produksi yang sederhana, mudah menemukan bahan baku (air dan NaCl), biaya
operasional rendah dan kemungkinan menghasilkan produk samping THM
(trihalometan) rendah. 3. Sistem ini memiliki efektivitas yang sama dengan
klorin sebagai disenfektan pada konsentrasi klorin bebas yang lebih rendah. 4. Kerugian
utama sistem ini adalah biaya sel elektrolit, biasanya menggunakan elektroda
berupa kristal boron. 5. Namun dengan terus dilakukannya pengembangan maka
diharapkan sistem ini menjadi teknologi yang kompetitif.
Metode
1. Pada pengembangan sistem EW ini dilakukan analisa
kemampuan inaktivasi E.coli O157:H7, penghilangan
kotoran organic (organic matter) dan
pembentukan produk samping THM selama proses pencucian. 2. Produk yang
digunakan adalah potongan selada yang ditempatkan dalam sebuah tanki. 3. Pada
air yang akan digunakan dalam proses pencucian ditambahkan NaCl dengan
konsentrasi 0,015 atau 0,05% (w/v), setelah itu dilewatkan pada sel elektrolit
(anoda dan katoda yang terpisah) dan akan disirkulasikan ke dalam tanki. 4. Kecepatan
aliran air diatur melalui katup, kecepatan yang digunakan adalah 600 L/jam
untuk tipe sel 201i atau 750 L/jam untuk tipe sel 401i.
Hasil dan Pembahasan
1. Berdasarkan hasil analisa didapatkan bahwa penggunaan EW
dengan tambahan NaCl 0,015% dapat meningkatkan kemampuan inaktivasi E.coli, namun kondisi ini masih belum
cukup efektif untuk tujuan mempertahankan total E.coli berada dibawah batas toleran hingga akhir proses. 2. Tujuan tersebut baru dapat dicapai dengan
penambahan NaCl 0,05%. 3. Proses inaktivasi E.coli
ini dapat terjadi karena terbentuknya klorin bebas yang berperan sebagai agen
desinfektan. 4. Pada sistem EW dengan
penambahan NaCl 0,015% baik menggunakan tipe sel 201i maupun 401i konsentrasi
klorin bebas yang terbentuk tidak lebih dari 2 mg/L, sedangkan pada penambahan
NaCl 0,05% terbentuk klorin bebas dengan konsentrasi 4 mg/L pada tipe sel 201i
dan 23 mg/L pada tipe sel 401i. 5. Hal inilah yang membuat sistem EW dengan
penambahan NaCl 0,05% lebih efektif terutama apabila menggunakan tipe sel 401i
karena berdasarkan penelitian sebelumnya disebutkan bahwa konsentrasi minimum
klorin bebas untuk dapat menginaktivasi dan menghambat pertumbuhan E.coli adalah 3,66 atau 7 mg/L. 6. Selain
sebagaii desinfektan EW juga menunjukkan kemampuan untuk menurunkan jumlah
kotoran organic selama proses, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai COD yang
menurun 14% (untuk tipe sel 201i) dan 25% (untuk tipe sel 401i). 7. Pembentukan produk samping THM (kloroform,
diklorometan dan dibromometan) selama proses pencucian juga dianalisa, hasilnya
menunjukkan bahwa pembentukan produk samping THM meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi NaCl yang digunakan. 8. Pada sistem EW tipe sel 201i dengan
konsentrasi 0,05% NaCl selama proses menghasilkan THM total sekitar 300µg/L,
nilai ini dapat dikatakan tinggi. 9. Namun hal tersebut tidak perlu
dikhawatirkan karena setelah proses pencucian lanjutan dengan potable water total THM berkurang hingga
menjadi 9µg/L. 10. Nilai tersebut jauh lebih rendah dari kadar THM yang
diizinkan ada pada air minum yakni 100µg/L, artinya sayuran hasil pencucian
dengan system EW aman untuk dikonsumsi.
Analisa
Kelebihan :
1. Terdapat 2 faktor yang
diamati pengaruhnya pada proses yakni konsentrasi penambahan NaCl dan tipe
elektroda yang digunakan.
2. Perubahan yang diamati
beragam yakni
a. sisi mikrobiologi untuk
mengetahui kemampuan desinfektan
parameter : total E.coli,
b. sisi fisik untuk mengetahui kemampuan
membersihkan dari kotoran organik
parameter : nilai COD
c. sisi kimia untuk mengetahui
kadar produk samping bersifat toksik yang terbentuk
parameter : total produksi THM
3. Grafik dan tabel data
disajikan dengan baik sehingga cukup memudahkan pembaca untuk memahami.
Kekurangan
1. Terdapat kesalahan penulisan
yang cukup untuk membuat pembaca salah mengambil informasi.
Kadar klorin bebas minimal yang
direkomendasikan pada penelitian sebelumnya tertulis “7 mg/ml dan 3,66 mg/ml”
namun setelah dikonfirmasi pada jurnal yang bersangkutan yang benar adalah
menggunakan satuan “mg/L”
2. Pada proses pencucian tidak
disebutkan kondisi proses secara lengkap seperti suhu dan lama waktu.
3. Hanya menggunakan 1 parameter
saja untuk mengetahui pengaruh mikrobiologi yakni E.coli. Akan lebih baik bila dilakukan juga pengamatan pada mikroba
lainnya yang juga biasa terdapat pada sayuran.
No comments:
Post a Comment