PENDAHULUAN
ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay) adalah suatu teknik biokimia yang khusus digunakan
dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam
suatu sampel. Prinsip dasar ELISA adalah reaksi antara antigen (Ag) dengan
antibodi (Ab) menjadi molekul Ag-Ab yang lebih besar dan mudah mengendap. Pengamatan
ELISA berdasarkan perubahan warna yang
terjadi akibat hidrolisa enzimatik antara konjugat Ab-enzim dengan substratnya
(Sitepu,
2012).
Saat cahaya dengan panjang gelombang tertentu disinarkan pada suatu sampel, konjugat
antibodi akan berfluoresensi sehingga jumlah antigen pada sampel dapat dikuantifikasi
berdasarkan intensitas fluoresensi menggunakan spektrofotometer (Hadi, 2014). Teknik
ini sering digunakan karena bersifat sensitif, spesifik, efektif dan efisien
untuk menguji sampel dalam jumlah besar. Selain itu juga terbilang murah dan cukup
mudah pengerjaannya (Sitepu,
2012).
Menurut Suryadi dkk., (2009), komponen-komponen
instrumental ELISA adalah sebagai berikut :
a.
Antibodi.
Antibodi adalah immunoglobulin (Ig) dari organisme
yang diimunisasi antigen patogen sasaran (AgP). Berdasarkan teknik produksi dan
spesifisitas reaksinya, antibodi dibedakan menjadi antibodi poliklonal (PAb)
dan antibodi monoklonal (MAb). Antibodi juga dibedakan menjadi antibodi primer
(Ab) dan antibodi sekunder (AB). Ab adalah antibodi homolog yang bereaksi
dengan AgP, diproduksi dengan mengimunisasi hewan seperti mencit dan kelinci
dengan AgP. Sedangkan AB atau anti-Ab adalah antibodi yang diproduksi dengan
mengimunisasi hewan lain seperti kambing dengan Ab.
b.
Antigen
Antigen adalah protein yang digunakan
sebagai AgP pada teknik ELISA seperti partikel virus, sel bakteri, propagul
jamur, atau senyawa protein dan polisakarida patogen yang antigenik, dapat
merangsang timbulnya Ab pada hewan yang diimunisasi. AgP digunakan sebagai
kontrol positif pada uji ELISA.
c.
Imunoprob
Imunoprob adalah antibodi yang
terkonjugasi dengan suatu enzim menjadi konjugat Ab-enzim. Konjugat ini dapat dibuat
dengan mengkonjugasikan Ab atau AB dengan enzim tertentu. Enzim yang digunakan
untuk membuat konjugat beragam jenisnya, yang paling umum adalah Alkaline
Phosphatase (AP) dan Horseradish Peroxidase (HRP).
d.
Substrat
Senyawa kimia yang digunakan sebagai media
(substrate) untuk reaksi enzimatik
berbeda-beda bergantung pada enzim yang digunakan. Enzim AP memerlukan
p-nitrophenyl phosphate (PNPP) yang dilarutkan dalam diethanolamine 10%.
Substrat ini dihidrolisis oleh enzim menjadi p-nitrophenyl (PNP) yang berwarna
kuning. Enzim HRP menggunakan substrat tetramethyl benzidine (TMB) yang
dilarutkan dalam dimethylsulsulfoxide (DMSO) dan menghasilkan produk berwarna
biru.
e.
Reagen
Reagen yang diperlukan dalam ELISA adalah bufer,
blocking reagent, dan pelarut substrat. Bufer dasar yang paling sering
digunakan dalam ELISA adalah bufer fosfat (Phosphate-Buffered Saline, PBS) dan
bufer karbonat. Bufer lain seperti bufer ekstraksi, bufer pencuci, bufer Ab,
bufer konjugat, dan bufer substrat dibuat dengan menambahkan senyawa kimia
tertentu seperti Tween-20, polyvinylpirrolidone (PVP), dan 2-mercaptoethanol
pada bufer dasar. Senyawa yang sering digunakan untuk blocking reagents adalah bovine
serum albumin (BSA), ovalbumin (OA), gelatin, susu skim, NaOH, dan asam sulfat
(H2SO4).
f.
Cawan ELISA
Cawan adalah tempat terjadinya reaksi.
Cawan yang biasa digunakan adalah cawan polystyrene yang memiliki sumuran
(well) sebanyak 96 buah yang disebut microtiter
plate. Cawan lain yang biasa digunakan terbuat dari polyvinyl atau bahan
plastik lain. Setiap cawan memiliki kualitas pengikatan Ab (Ab binding capacity) yang bervariasi,
sehingga pengguna perlu melakukan uji coba untuk memperoleh hasil optimal.
Seiring dengan majunya teknologi karena
kebutuhan manusia, ELISA terbagi menjadi beberapa teknik analisa yang terus
mengalami pengembangan. Menurut Sogandi (2014), langkah kunci dari setiap
teknik tersebut adalah imobilisasi antigen, yaitu dapat dilakukan dengan
adsorpsi langsung ke pelat uji atau tidak langsung melalui antibodi capture
yang telah melekat pada plate. Antigen tersebut kemudian dideteksi baik secara
langsung (antibodi primer berlabel) maupun tidak langsung (antibodi sekunder
berlabel).
Tahapan
umum ELISA meliputi proses penempelan antibodi atau antigen (coating plate),
pencucian (washing) dengan buffer phosphat saline, penambahan blocked buffer,
penambahan antibodi primer, penambahan antibodi sekunder (konjugasi enzim
antibodi), penambahan substrat dan kromofor, penambahan larutan penghenti
reaksi, serta kuantifikasi intensitas warna menggunakan spektrofotometer/ELISA reader (Sogandi,
2014).
Tabel
1. Simbol-simbol dalam Mekanisme Kerja ELISA
Simbol
|
Deskripsi
|
I
|
Fase padat berupa
microtiter well
|
Ag
|
Antigen
|
Ab
|
Antibodi primer
|
AB
|
Antibodi sekunder
|
AntiAb
|
Anti spesies
antibodi primer
|
AntiAB
|
Anti species
antibodi sekunder
|
**Enz
|
Enzim yang terikat
pada reaktan (antibodi)
|
S/C
|
Substrat/ kromofor
|
–
|
Pengikatan pada
fase padat melalui absorpsi pasif
|
+
|
Penambahan reagen
|
METODE
ELISA
ELISA
terbagi menjadi beberapa teknik analisa, yaitu Direct, Indirect, Sandwich,, Competitive serta Biotin
Streptovidin.
- Direct ELISA
Direct ELISA (ELISA langsung) merupakan jenis ELISA yang digunakan
untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi
antigen pada sampel. Antigen
yang akan dideteksi akan berikatan langsung (direct) dengan antibodi detector
(antibody yang telah dilabeli oleh enzim). Antibodi yang digunakan pada teknik direct ELISA berjumlah satu buah (Nugroho
dan Dwi, 2016).
Kelebihan direct ELISA :
·
pengujian cepat karena hanya menggunakan
satu jenis antibodi
·
kemungkinan terjadinya kegagalan akibat
reaksi silang dengan antibodi lain (antibodi sekunder) dapat diminimalisasi
Kekurangan direct ELISA :
·
amplifikasi signal hanya sedikit
·
immunoreaktifitas antibodi kemungkinan
akan berkurang akibat bertaut dengan enzim
·
tidak memiliki fleksibilitas dalam
pemilihan tautan enzim (label) pada percobaan yang berbeda
1.
Antigen dilarutkan pada buffer
karbonat/ bikarbonat (pH 9.4) atau buffer fosfat salin (pH 7.4). Syarat buffer
aalah tidak mengandung protein lain yang dapat mengganggu terikatnya antigen
pada fase padat. Antigen dalam buffer kemudian dimasukkan ke dalam well
kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C
selama semalam.
2.
Selama masa inkubasi antigen ini
akan teradsorpsi (terikat) pada fase padat secara pasif. Selanjutnya
dilakukan pencucian untuk membuang partikel-partikel antigen yang tidak
terikat pada fase padat.
|
|
3.
Antibodi terlabel enzim (konjugat)
dilarutkan pada blocking buffer. Blocking buffer berfungsi untuk meningkatkan
sensitivitas assay dengan mengurangi sinyal-sinyal pengganggu.
4.
Antibodi terlabel tersebut ditambahkan
ke dalam well sehingga akan terbentuk ikatan kompleks antara fase padat,
antigen dan antibodi terlabel. Setelah itu dilakukan pencucian untuk membuang
partikel konjugat bebas.
|
|
5.
Substrat/ kromofor ditambahkan ke dalam well. Hal ini
bertujuan untuk memicu reaksi pengembangan warna melalui reaksi katalis
enzim. Reaksi tersebut dibiarkan berjalan selama selang waktu tertentu hingga
tercapai intensitas warna yang diinginkan.
6.
Reaksi dihentikan dengan cara
mengubah pH lingkungan menggunakan larutan penghenti atau stopping reagent. Selanjutnya
intensitas warna yang terbentuk dapat dikuantifikasi menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu.
|
- Indirect
ELISA
Indirect ELISA merupakan jenis ELISA yang digunakan untuk mendeteksi antigen
atau antibodi. Teknik tersebut memiliki karakteristik yaitu antigen tidak
menempel langsung pada antibodi detector
(inderect). Antigen akan berikatan
dengan antibodi lain terlebih dahulu. Antibodi tersebut kemudian makan
berikatan dengan antibodi yang telah dilabeli (Nugroho dan Dwi, 2016).
Kelebihan indirect ELISA :
·
antibodi sekunder mudah diperoleh karena
dijual bebas
·
immunoreaktivitas antibodi primer tidak
terpengaruh oleh tautan enzim pada antibodi sekunder karena dilakukan pada
wadah berbeda
·
tingkat sensitivitas meningkat karena
setiap antibodi primer memiliki beberapa epitop yang bisa berinteraksi dengan
antibodi sekunder
Kekurangan indirect
ELISA :
·
pengujian yang relatif lebih lama karena menggunakan 2 jenis antibodi
sehingga membutuhkan waktu dua kali inkubasi
·
Antigen
dari sampel harus dimurnikan
1.
Antigen ditambahkan ke dalam well
kemudian diinkubasi pada suhu 37oC. Selanjutnya
dilakukan pencucian untuk membuang antigen yang tidak terikat pada fase padat.
Pencucian dilakukan dengan cara mengisi dan mengosongkan well menggunakan buffer
sebanyak 3-4 kali.
|
|
2.
Antibodi primer ditambahkan dan
diinkubasi sehingga akan terikat pada antigen dan fase padat. Antibodi yang
bergerak bebas tanpa ikatan dibuang melalui pencucian menggunakan buffer
sebanyak 3-4 kali.
|
|
3.
Antispesies dari antibodi sekunder
yang telah terlabel enzim dilarutkan dalam blocking buffer kemudian ditambahkan
ke dalam well dan diinkubasi.
4.
Selama inkubasi akan terjadi
pengikatan antara antibodi primer dengan antispesies dari antibodi sekunder
yang terlabel enzim. Selanjutnya well dicuci menggunakan buffer sebanyak 3-4
kali bilas.
|
|
5.
Substrat/ kromofor ditambahkan ke
dalam well dan diinkubasi hingga tercapai intensitas warna yang diinginkan.
6.
Reaksi dapat dihentikan dengan cara
mengubah pH lingkungan menggunakan larutan penghenti. Selanjutnya intensitas
warna yang terbentuk dapat dikuantifikasi dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang tertentu.
|
3.
Sandwich
ELISA
Bentuk
sandwich ini berasal dari posisi antigen yang berada diantara dua antibodi
yakni antibodi yang tertempel pada fase padat (biasa disebut capture antibody) dan antibodi yang
yang terkonjugasi dengan enzim (detecting
antibody/detector). Sistem sanchwich
ini bervariasi tergantung pada sumber antibodi yang digunakan. Sanwich ELISA
dibagi menjadi dua yakni Sandwich Direct
dan Sandwich Indirect (Crowther,
2000). Berikut adalah
perbedaan antara keduanya:
Tabel 2. Perbedaan Sandwich Direct dan Indirect
No.
|
Sandwich Direct
|
Sandwich
Indirect
|
1.
2.
|
Mendeteksi antibodi yang terlabel
Capture
antibody dan detecting antibody dapat berasal dari
sampel yang sama
|
Mendeteksi antibodi yang tidak terlabel
Capture
antibody dan detecting antibody berasal dari sampel
yang berbeda
|
Keuntungan Sandwich ELISA antara lain memiliki
spesifitas yang tinggi dan cocok untuk jenis sampel yang berupa campuran/tidak
murni karena antigen yang digunakan tidak perlu dimurnikan (Nugraha dan Dwi,
2016)
Mekanisme kerja Sandwich ELISA :
1.
Antibodi
ditempelkan pada fase padat dengan menginkubasinya pada buffer, kemudian
dilakukan pencucian untuk menghilangkan antibodi yang bebas.
|
2.
Antigen
ditambahkan, antigen akan berikatan dengan antibodi yang telah terikat pada
fase padat selama proses inkubasi. Antigen yang bebas selanjutnya dihilangkan
dengan pencucian.
|
3. Konjugat antibodi (antibodi yang berikatan dengan
enzim) ditambahkan, antibody ini dapat disiapkan dari sumber yang sama dengan
antibody yang tertempel pada fase padat ataupun dari sumber (spesies) yang
berbeda. Ikatan yang terbentuk dengan konjugat antibodi selama inkubasi akan
membentuk tumpukan seperti sandwich.
Konjugat antibodi yang bebas selanjutnya dihilangkan dengan pencucian
|
4. Substrat/kromofor ditambahkan dan diinkubasi selama
waktu tertentu. Maka akan ada perubahan warna yang terjadi.
5. Reaksi kemudian dihentikan dengan penambahan stopping reagent, dan dilanjutkan
dengan pengukuran secara kuantitatif menggunakan spektrofotometer
|
1.
Antibodi
ditempelkan pada fase padat dengan menginkubasinya pada buffer, kemudian
dilakukan pencucian untuk menghilangkan antibodi yang bebas.
|
2.
Antigen
ditambahkan, antigen akan berikatan dengan antibodi yang telah terikat pada
fase padat selama proses inkubasi. Antigen yang bebas selanjutnya dihilangkan
dengan pencucian.
|
3.
Antibodi
sekunder yang melawan antigen ditambahkan. Antibodi ini berasal dari spesies
yang berbeda dengan antibodi primer (yang terikat dengan fase solid) dan
dilarutkan pada bloking buffer
(larutan yang digunakan untuk mengurangi sinyal pengganggu). Selama inkubasi
akan terbentuk ikatan bertumpuk seperti sandwich. Sisa dari antibodi yang
tidak berikatan selanjutnya dihilangkan dengan cara dicuci.
|
4.
Antispesies
konjugat (antispesies antiserum dari antibodi sekunder) ditambahkan. Selama
proses inkubasi akan terbentuk ikatan konjugat, setelah itu dilakukan
pencucian untuk menghilangkan konjugat yang tidak terikat.
|
5.
Substrat/kromofor
ditambahkan dan diinkubasi selama waktu tertentu. Maka akan ada perubahan
warna yang terjadi.
6. Reaksi kemudian dihentikan dengan penambahan stopping reagent, dan dilanjutkan
dengan pengukuran secara kuantitatif menggunakan spektrofotometer
|
4.
Competitive
ELISA
ELISA
kompetitif atau ELISA pemblok dapat digunakan untuk mengukur antibodi maupun
antigen (Crowther, 2000). Prinsip dasar dari teknik ELISA
kompetitif adalah dengan menambahkan suatu kompetitor ke dalam lubang
microtiter/well (Sitepu,
2012). ELISA dapat dilakukan secara kompetitif langsung (direct competitive) dan kompetitif tak langsung (indirect competitive) ELISA.
Kelebihan
dari competitive ELISA adalah tidak diperlukan purifikasi pada sampel yng
mengandung antibody/antigen, tapi hasil yang diperoleh tetap
memiliki tingkat sensitivitas tinggi akibat sifat spesifisitas dari antibodi
dan antigen.
a.
Competitive Direct ELISA
ü
C-direct ELISA untuk pengujian
konsentrasi antigen
Pada pengujian ini digunakan antigen yang terlabel
enzim dan juga antigen tanpa terlabel enzim. Keduanya akan berkompetisi untuk
berikatan dengan antibodi yang sebelumnya telah menempel pada fase padat.
Semakin tinggi konsentrasi antigen pada sampel maka semakin sedikit antigen
yang terlabel enzim dapat menempel pada antibodi (Sitepu, 2012).
|
Nilai aktifitas enzim berbanding terbalik dengan
konsentrasi antigen. Dengan menggunakan grafik dibawah ini, maka akan dapat
menentukan konsentrasi dari antigen yang sebelumnya tidak ketahui.
ü
C-direct ELISA untuk pengujian level
antibodi
Pada pengujian ini dibutuhkan antibodi yang terlabel
enzim dan juga antibodi tanpa terlabel enzim. Keduanya akan bersaing untuk
dapat menempel pada antigen yang sebelumnya telah menempel pada fase padat.
Tujuan dari pengujian ini adalah mengukur level dari antibodi spesifik pada
sampel. Sama seperti pada pengujian konsentrasi antigen, jumlah produk yang
terbentuk berbanding terbalik dengan level antibodi (Karen et.al, 2012).
1. Penempelan antigen pada fase padat
|
2. Penambahan antibodi yang terlabel enzim dan antibodi
tanpa terlabel enzim. Selama inkubasi akan terjadi kompetisi dari kedua
antigen tersebut untuk dapat menempel pada antigen
|
3. Terjadi ikatan antara antigen dan antibodi. Antibodi
yang tidak terikat akan dihilangkan dengan pencucian
|
4. Substrat dari enzim ditambahkan dan diinkubasi
selama waktu tertentu. Akan terjadi perubahan warna pada produk yang
terbentuk. Banyaknya warna yang terbentuk berbanding tetbalik dengan level
dari antibodi sampel
|
b.
Competitive Indirect ELISA
Pengujian ini didasarkan pada
kompetisi antara antigen bebas dari sampel dan antigen yang telah tertempel
pada permukaan fase padat untuk dapat berikatan dengan antibodi yang terbatas
(Bang et.al., 2012).
1. Penempelan antigen pada fase padat
|
2. Penambahan antigen bebas dari sampel dan antibodi.
Selama inkubasi akan ada kompetisi antara antigen bebas dari sampel dan
antigen yang tertempel pada fase padat.
|
3. Akan terbentuk ikatan antigen-antibodi.
|
4. Selanjutnya dilakukan pencucian untuk menghilangkan
antigen bebas dan juga ikatan antibodi-antigen bebas yang terbentuk.
|
5. Penambahan antibodi sekunder yang terlabel enzim,
sehingga akan menempel pada antibodi pertama.
|
6. Substrat dari enzim ditambahkan dan diinkubasi
selama waktu tertentu. Akan terjadi perubahan warna pada produk yang
terbentuk. Banyaknya warna yang terbentuk berbanding tetbalik dengan
konsentrasi antigen sampel
|
5.
Biotin Streptovidin
Semakin
berkembangnya teknologi, teknik ELISA pun semakin mengalami perkembangan untuk
mendeteksi antibodi dengan tingkat sensitivitas yang relatif lebih tinggi.
Teknik ini dikenal sebagai teknik ELISA penangkap antibodi, dimana prinsip
kerjanya sama dengan ELISA sandwich indirect. Teknik ini biasa digunakan untuk
mendeteksi biotin yang bertaut dengan suatu antibodi streptavidin (Teuscher, 2014).
1. Antibodi primer atau capture antibody yang telah dilarutkan
dalam buffer dimasukkan
ke dalam wells sehingga akan terikat pada fase padat setelah inkubasi. Selanjutnya dilakukan pencucian untuk menghilangkan
antibodi yang bebas
|
2. Antibodi
primer akan menangkap (capture)
protein target berupa antigen
yang
ditambahkan
ke
dalam well sehingga akan terbentuk ikatan antara antibodi dan antigen. Antigen yang bebas selanjutnya dihilangkan dengan
pencucian.
|
3. Antibodi
sekunder atau detection antibody
yang terkonjugasi dengan biotin dilarutkan dalam blocking buffer lalu ditambahkan
ke dalam well dan diinkubasi. Selanjutnya akan terbentuk ikatan kompleks yang
menyerupai tumpukan sandwich. Konjugat antibodi sekunder yang keberadaannya
dalam bentuk bebas dihilangkan dengan pencucian.
|
4. Protein
streptavidin yang terkonjugasi dengan enzim horse radish peroxidase (HRP)
ditambahkan ke dalam well, sehingga akan membentuk ikatan dengan biotin.
|
5.
Substrat/ kromofor berupa TMB (tetramethylbenzidine) substrat dari
enzim HRP ditambahkan sehingga terjadi reaksi katalis dan menghasilkan produk
yang berwarna. Reaksi dihentikan menggunakan larutan penghenti atau stopping
buffer ketika telah dicapai intensitas warna yang diinginkan. Intensitas
warna dapat dilihat dengan mata telanjang serta dapat diukur absorbansinya me
nggunakan spektrofotometer.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Bang, J., Shruti S., Young H., Miunghee
K. 2012. Development of Indirect
Competitive ELISA for Detection of Salmonella typhimurium. Romanian
Biotechnological Letters 17 (2): 7194-7204
Crowther,
J.R. 2000. ELISA Principles.
Guidebook 2nd. Humana Press
Hadi,
A. 2014. Teknik Elisa Pemeriksaan
Kuantitatif Mannan Binding Lectin (MBL) pada Plasma Darah. Laporan
Praktikum. Program Magister Biomedik Universitas Sumatra Utara.
Karen, L.,Viswanath D., Aidas
K., Joseph
M., Chahrzad M., Sitta S. 2012. Immunoassay Method. USA:National Center
for Advancing Translational Sciences.
Nugraha, E., dan Dwi A. 2016. Penuntun Praktikum Bioteknologi. Yogakarta : CV. Budi Utama.
Sitepu, S. 2012. Profil
Metabolit Hormon Estrogen dan Progesteron Feses selama Kebuntingan serta Pola
Kelahiran Rusa Sambar (Cervus unicolor). Tesis. Universitas Sumatra Utara.
Sogandi.
2014. Teknik Penelitian Biokimia.
Makalah. Program Studi Biokimia Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Teuscher,
N. 2014. Ligand Binding Assay.
Article Science of Pharmacometric Solutions. Certara USA Inc.
CARA SUKSES NGURUS IJAZAH Assalamualaikum saya bambang asal dari jawa timur sedikit saya ingin berbagi cerita masalah ijazah saya yang kemarin mulai dari SD sampai SMA saya hangus terbakar, tapi alhamdulillah untung saja ada salah satu keluarga saya yang bekerja di salah satu dinas kabupaten di wilayah jawa timur dia memberikan petunjuk cara mengurus ijazah saya yang hilang, dia memberikan no hp BPK DR SUTANTO S.H, M.A beliau selaku kepala biro umum di kantor kemendikbud pusat jakarta nomor hp beliau 0853-2174-0123, alhamdulillah beliau betul betul bisa ngurusin masalah ijazah saya, alhamdulillah setelah saya tlp beliau di nomor hp/WA 0853-2174-0123, saya di beri petunjuk untuk mempersiap'kan berkas yang di butuh'kan sama beliau dan hari itu juga saya langsun email berkas'nya dan saya juga langsun selesai'kan ADM'nya 50% dan sisa'nya langsun saya selesai'kan juga setelah ijazah saya sudah ke terima, alhamdulillah proses'nya sangat cepat hanya dalam 1 minggu berkas ijazah saya sudah ke terima.....alhamdulillah terima kasih kpd bpk DR SUTANTO S.H,M.A berkat bantuan bpk lamaran kerja saya sudah di terima, bagi saudara/i yang lagi bermasalah malah ijazah silah'kan hub beliau semoga beliau bisa bantu, dan ternyata juga beliau bisa bantu dengan menu di bawah ini wassalam.....
ReplyDelete1. Beliau bisa membantu anda yang kesulitan :
– Ingin kuliah tapi gak ada waktu karena terbentur jam kerja
– Ijazah hilang, rusak, dicuri, kebakaran dan kecelakaan faktor lain, dll.
– Drop out takut dimarahin ortu
– IPK jelek, ingin dibagusin
– Biaya kuliah tinggi tapi ingin cepat kerja
– Ijazah ditahan perusahaan tetapi ingin pindah ke perusahaan lain
– Dll.
2. PRODUK KAMI
Semua ijazah DIPLOMA (D1,D2,D3) S/D
SARJANA (S1, S2)..
Hampir semua perguruan tinggi kami punya
data basenya.
UNIVERSITAS TARUMA NEGARA UNIVERSITAS MERCUBUANA
UNIVERSITAS GAJAH MADA UNIVERSITAS ATMA JAYA
UNIVERSITAS PANCASILA UNIVERSITAS MOETOPO
UNIVERSITAS TERBUKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
UNIVERSITAS BUDI LIHUR ASMI
UNIVERSITAS ILMUKOMPUTER UNIVERSITAS DIPONOGORO
AKADEMI BAHASA ASING BINA SARANA INFORMATIKA
UPN VETERAN AKADEMI PARIWISATA INDONESIA
INSTITUT TEKHNOLOGI SERPONG STIE YPKP
STIE SUKABUMI YAI
ISTN STIE PERBANAS
LIA / TOEFEL STIMIK SWADHARMA
STIMIK UKRIDA
UNIVERSITAS NASIONAL UNIVERSITAS JAKARTA
UNIVERSITAS BUNG KARNO UNIVERSITAS PADJAJARAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH UNIVERSITAS BATAM
UNIVERSITAS SAHID DLL
3. DATA YANG DI BUTUHKAN
Persyaratan untuk ijazah :
1. Nama
2. Tempat & tgl lahir
3. foto ukuran 4 x 6 (bebas, rapi, dan usahakan berjas),semua data discan dan di email ke email kami.
4. IPK yang di inginkan
5. universitas yang di inginkan
6. Jurusan yang di inginkan
7. Tahun kelulusan yang di inginkan
8. Nama dan alamat lengkap, serta no. telphone untuk pengiriman dokumen
9. Semua data di kirim sesuai alamat kantor
10. Pembayaran lewat Transfer ke Rekening MANDIRI, BNI, BRI,
11. PENGIRIMAN Dokumen Via JNE
4. Biaya – Biaya
• SD = Rp. 1.500.000
• SMP = Rp. 2.500.000
• SMA = Rp. 3.000.000
• D3 = 6.000.000
• S1 = 7.500.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S2 = 12.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S3 / Doktoral Rp. 24.000.000
(kampus terkenal – wajib ikut kuliah beberapa bulan)
• D3 Kebidanan / keperawatan Rp. 8.500.000
(minimal sudah pernah kuliah di jurusan tersebut hingga semester 4)
• Pindah jurusan/profesi dari Bidan/Perawat ke Dokter. Rp. 32.000.000