MAKALAH REVIEW JURNAL
MATA KULIAH GIZI DAN DIET KHUSUS
SYSTEMS NUTRIGENOMICS REVEALS BRAIN GENE
NETWORKS LINKING METABOLIC AND BRAIN DISORDERS
1. Latar
Belakang
Gangguan
metabolik (MetDs) seperti sindrom metabolik, obesitas, dan diabetes tipe 2 (DM
2) menjadi ancaman kesehatan dunia karena prevalensi dan tingkat kematianya
yang tinggi, serta meningkatkan patologis gangguan saraf dan psikologis (Bomfim
et al., 2012; Farooqui et al., 2012, Lowette et al., 2015). Fruktosa merupakan
pemanis soft drink dan pangan olahan
di industri yang selama ini dianggap “aman dan sehat” (Chassaing et al., 2015, Suez et al., 2014). Padahal fruktosa dalam bentuk high fructose syrup (HFS) adalah kontributor gangguan metabolik
(Lyssiotis and Cantley, 2013, Lustig et
al., 2012). Fruktosa menginduksi gangguan metabolik dengan cara mereduksi
hippocampal-dependent memory (Agrawal and Gomez-Pinilla, 2012) dan memperparah
patologi gangguan otak pada hewan pengerat (Agrawal et al., 2015). Sebaliknya, Asam lemak omega-3 docosahexaenoic acid
(DHA) dapat menurunkan resiko gangguan metabolik (Steffen et al., 2015, Virtanen et
al., 2014, De caterina, 2011), dan menetralkan efek negatif fruktosa
terhadap fungsi dan plastisitas otak (Bremer
et al., 2014, Agrawal and Gomez-Pinilla, 2012).
Dalam
tinjuauan diet khusus, diet suatu individu atau kelompok bersifat personal. Hal
ini dikarenakan berbagai faktor internal maupun eksternal lingkungan hidupnya.
Secara spesifik, faktor yang mempengaruhi adalah genetik individu yang berbeda
satu dengan yang lain. Karena itu penelitian gizi dan diet khusus perlu
ditinjau dari segi fenotip dan genotip. Pada penelitian ini akan ditinjau
pengaruh konsumsi fruktosa dan DHA terhadap gangguan metabolik yang diamati
dari segi fenotip maupun genotip. Hal ini karena setiap makanan yang masuk ke
dalam tubuh dianggap sebagai sinyal yang dapat mempengaruhi aktivitas gen di
dalam tubuh. Selain itu, makanan juga diketahui dapat mengubah struktur gen dan
menimbulkan berbagai perubahan ekspresi gen yang ditunjukkan pada perubahan
fenotip. Salah satunya fenotip gangguan metabolik.
2. Metode
Pada
penelitian ini, tikus dibagi menjadi 3 kelompok dan diberi perlakuan seperti
pada Gambar 1. Selanjutnya dilakukan
analisa dari segi genotip maupun fenotip. Setelah diperoleh hasil genotip dan
fenotip, digunakan knockout mice
untuk validasi gen yang diprediksi berpengaruh, serta untuk mengetahui
perubahan fenotipnya. Terakhir, hasil penelitian diintegrasikan dengan analisa
menggunakan Human Genome-Wide Association
Studies (GWAS) agar hasil penelitian sesuai dengan patofisiologi pada
manusia.
Gambar 1. Desain penelitian
3. Hasil
dan Pembahasan
Hasil analisa fenotip penelitian tersebut terlihat pada Gambar 2 dimana tikus yang mengkonsumsi
fruktosa mengalami peningkatan kadar gula darah, trigliserida, insulin, dan
indeks resistensi insulin yang signifikan, juga mengalami kelemahan interval
memori berkepanjangan pada Barnes Maze test. Sedangkan tikus yang mengkonsumsi
fruktosa+ DHA memiliki kadar gula darah, trigliserida, insulin, dan indeks
resistensi insulin yang lebih rendah dan interval memori yang lebih baik pada
Barnes Maze test.
Gambar 2. Hasil analisa fenotip
pada 3 kelompok tikus
Selain dari
karakteristik fenotip yang tampak, ternyata konsumsi fruktosa dan DHA
menunjukkan pengaruh terhadap perubahan ekspresi gen pada hipotalamus dan
hipokampus yang ditunjukkan pada heatmap (Gambar
3). Jika dibandingkan dengan kontrol, tikus yang mengonsumsi fruktosa
menunjukkan ekspresi gen yang rendah (warna biru) pada gen yang seharusnya
diekspresikan dengan tinggi (warna merah). Begitupula sebaliknya, beberapa gen
yang seharusnya diekspresikan dengan tinggi di tikus kontrol normal, justru
diekspresikan dengan rendah di hipotalamus dan hipokampus tikus yang
mengonsumsi fruktosa. Hal ini menunjukkan bahwa fruktosa mengacaukan ekspresi
gen normal.
Pada tikus yang mengonsumsi fruktosa dan DHA ditunjukkan
bahwa hipotalamus dan hipokampusnya mampu mengekspresikan gen yang yang lebih
sesuai dengan kontrol, dibandingkan dengan tikus yang hanya mengonsumsi
fruktosa saja. Hal ini menunjukkan bahwa DHA mampu memperbaiki perubahan
ekspresi gen yang sebelumnya dikacaukan oleh konsumsi fruktosa. Namun, sekalipun
DHA mampu memperbaiki perubahan ekspresi gen, DHA tidak dapat sepenuhnya
mengembalikan ekspresi gen sebagaimana tikus kontrol (normal) yang tidak
mengonsumsi fruktosa sama sekali. Hal ini ditunjukkan dari perbandingan warna
heatmap hipotalamus dan hipokampus tikus kontrol dan F+D yang tidak sama
persis.
Gambar 3. Ekspresi gen pada
hipotalamus dan hipokampus tikus kontrol (Ctrl), tikus yang mengonsumsi
fruktosa (fructose), dan tikus yang mengonsumsi fruktosa+DHA (F+D)
Berdasarkan hasil analisis genotip, ditunjukkan bahwa gen Bgn
dan Fmod merupakan gen yang secara konsisten dipengaruhi oleh konsumsi fruktosa
dan DHA. Dimana kedua gen tersebut bertanggung jawab terhadap gangguan
metabolik di hipotalamus (Gambar 4a)
dan hipokampus (Gambar 4b) tikus
percobaan.
Gambar 4. Key Driver (KD) gen
yang dipengaruhi oleh konsumsi fruktosa dan DHA (a) di hipotalamus dan (b) di
hipokampus
Setelah diketahui gen Fmod dan gen Bgn yang dipengaruhi oleh
konsumsi fruktosa dan DHA berhubungan dengan gangguan metabolik, maka dilakukan validasi
gen pada knockout mice Bgn dan Fmod, serta untuk
mengetahui perubahan fenotipnya. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 5 (a-g). Dimana trigliserida,
total kolesterol, HDL, kolesterol tidak teresterifikasi meningkat baik pada knockout mice Fmod maupun Bgn. Sedangkan
LDL meningkat di knockout mice Bgn
dan asam lemak bebas (FFA) meningkat di knockout
mice Fmod. Juga terjadi penurunan glukosa plasma, insulin, dan resistensi
insulin pada knockout mice Fmod.
Selain itu, knockout mice Bgn dan
Fmod melakukan lebih sedikit kesalahan pada Barner Maze Test daripada wild type.
Gambar 5. Hasil uji fenotip knockout mice Bgn dan Fmod dibandingkan dengan wild type
Hasil
penelitian ini diintegrasikan dengan human
GWAS. GWAS adalah studi observasional dari varian genom-wide varian genetik
pada individu yang berbeda. GWAS fokus pada hubungan antara polimorfisme
nukleotida tunggal (SNP) dan sifat seperti penyakit manusia utama, namun
sama-sama dapat diterapkan pada organisme lain. Hasilnya, gen yang dipengaruhi
oleh fruktosa overlap dengan gen human GWAS
yang berhubungan dengan gangguan otak (ADHD, depresi, Alzheimer, kecanduan, dan Parkinson) dan gangguan metabolik (hipertensi,
penyakit kardiovaskuler, obesitas, dan DM 2 (Tabel 1)
Tabel 1. Enrichment human GWAS pada fruktosa dan
KDs oleh SSEA
4. Kesimpulan
Fruktosa
memprogram ulang substrat molekuler sehingga mempengaruhi perubahan gen di otak
yang bersifat patologi pada metabolisme sel, sistem imun, inflamasi, dan
komunikasi sel. Gen yang dipengaruhi khususnya Bgn dan Fmod. Sedangkan
suplementasi DHA dapat memperbaiki kerusakan secara genomik, epigenomik,
jaringan, dan fenotip yang disebabkan oleh fruktosa melalui gen yang sama (Bgn
dan Fmod) yang dapat mengontrol keseimbangan antara sehat dan sakit.
5. Keunggulan
dan Kelemahan Jurnal
Keunggulan jurnal ini dipaparkan sebagai
berikut:
a.
Analisa
diet khusus yang ditinjau dari segi fenotip yang tampak dan genotip melalui
sistem nutrigenomik. Sehingga diperoleh data yang berkesinambungan antara
pengaruh konsumsi makanan tertentu terhadap perubahan genetik, dan perubahan
genetik (genotip) terhadap perubahan fisiologis tubuh (fenotip)
b.
Data
fenotip hasil penelitian lengkap, meliputi analisa kadar kolesterol,
trigliserida darah, kolesterol tidak teresterifikasi, asam lemak bebas, kadar
insulin, resistensi insulin, kadar glukosa darah, dan tes ingatan/memori
menggunakan Barnes Maze Test
c.
Data
genotip hasil penelitian lengkap, meliputi analisa biological pathway yang dipengaruhi oleh fruktosa dan DHA pada
hipokampus dan hipotalamus, ekspresi gen, metilasi DNA, KD gen, dan RNA sequencing.
d.
Validasi
gen yang berpengaruh menggunakan knockout
mice Bgn dan Fmod yang diuji secara fenotip
e.
Data
yang diperoleh diintegrasikan dengan human GWAS agar hasil penelitian sesuai
dengan patofisiologi pada manusia, sehingga hasil penelitian ini saling
terintegrasi.
6. Kelemahan
Jurnal dan Saran
Jurnal
yang dibahas ini selain memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan. Tabel
berikut menunjukkan kelemahan jurnal ini dan saran perbaikan dengan rincian
sebagai berikut:
No
|
Kekurangan
|
Saran
|
1
|
Penelitian
jangka pendek (short term)
|
Perlu
dilakukan penelitian jangka panjang untuk menganalisa pengaruh konsumsi
fruktosa dalam diet jangka panjang (long
term)
|
2
|
Uji
kadar glukosa darah
|
Pada
uji kadar glukosa darah tidak ada perbedaan nyata antara yang diberi fruktosa
maupun fruktosa+DHA. Seharusnya dilakukan uji kadar fruktosa darah, karena
sampel yang dikonsumsi adalah fruktosa bukan glukosa
|
3
|
Hanya
fokus di bagian otak hipotalamus dan hipokampus
|
Perlu
diteliti pengaruh fruktosa dan DHA di jaringan atau sel tubuh lainnya
|
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Utama
Meng Q, Ying Z, Noble E, Zhao Y, Agrawal
R, Mikhail A, Zhuang Y, Tyagi E, Zhang Q, Lee JH, Morselli M, Orozco L, Guo W,
Kilts TM, Zhu J, Zhang B, Pellegrini M, Xiao X, Young MF, Gomez-Pinilla F, Yang
X. 2016. Systems Nutrigenomics Reveals Brain Gene Networks Linking
Metabolic and
Brain Disorders. [Research
Paper]. EBioMedicine 7 (2016) 157–166.
Jurnal
Pendukung
Agrawal, R., Gomez-Pinilla, F., 2012.
‘Metabolic syndrome’ in the brain: deficiency in omega-3 Fatty Acid Exacerbates
Dysfunctions in Insulin Receptor Signalling and Cognition. J. Physiol. 590, 2485–2499.
Agrawal, R., Noble, E., Vergnes, L.,
Ying, Z., Reue, K., Gomez-Pinilla, F. 2015. Dietary Fructose Aggravates The
Pathobiology of Traumatic Brain Injury by Influencing Ener Homeostasis And Plasticity.
Journal of Cerebral Blood Flow Metabolism 2016, Vol. 36 (5) 941–953
Bomfim, T.R., Forny-Germano, L.,
Sathler, L.B., Brito-Moreira, J., Houzel, J.C., Decker, H. Silverman, M.A.,
Kazi, H., Melo, H.M., Mcclean, P.L., Holscher, C., Arnold, S.E., Talbot, K.,
Klein, W.L., Munoz, D.P., Ferreira, S.T., De Felice, F.G. 2012. An
Anti-Diabetes Agent Protects The Mouse Brain from Defective Insulin Signaling
Caused by Alzheimer's Disease-Associated Abeta Oligomers. J. Clin. Invest. 122, 1339–1353.
Chassaing, B., Koren, O., Goodrich,
J.K., Poole, A.C., Srinivasan, S., Ley, R.E., Gewirtz, A.T. 2015. Dietary
Emulsifiers Impact The Mouse Gut Microbiota Promoting Colitis An Metabolic
Syndrome. Nature 519, 92–96.
De Caterina, R., 2011. n-3 Fatty Acids
in Cardiovascular Disease. N. Engl. J.
Med. 364, 2439-2450.
Farooqui, A.A., Farooqui, T., Panza, F.,
Frisardi, V. 2012. Metabolic Syndrome as A Risk Factor for Neurological
Disorders. Cell. Mol. Life Sci. 69,
741–762.
Lowette, K., Roosen, L., Tack, J.,
Vanden Berghe, P., 2015. Effects of High-Fructose Diets on Central Appetite
Signaling and Cognitive Function. Front.
Nutr. 2, 5.
Lustig, R.H., Schmidt, L.A., Brindis,
C.D. 2012. Public Health: The Toxic Truth About Sugar. Nature 482, 27–29.
Lyssiotis, C.A., Cantley, L.C. 2013.
Metabolic syndrome: F stands for fructose and fat. Nature 502, 181–182.
Steffen, B.T., Steffen, L.M., Zhou, X.,
Ouyang, P., Weir, N.L., Tsai, M.Y. 2015. n-3 Fatty acids Attenuate The Risk of
Diabetes Associated With Elevated Serum Nonesterified Fatty Acids: The
Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis. Diabetes
Care 38, 575–580.
Suez, J., Korem, T., Zeevi, D.,
Zilberman-Schapira, G., Thaiss, C.A., Maza, O., Israeli, D., Zmora, N., Gilad,
S., Weinberger, A., Kuperman, Y., Harmelin, A., Kolodkin-Gal, I., Shapiro, H.,
Halpern, Z., Segal, E., Elinav, E. 2014. Artificial Sweeteners Induce Glucose Intolerance
by Altering The Gut Microbiota. Nature
514, 181–186
Tyagi, E., Zhuang, Y., Agrawal, R.,
Ying, Z., Gomez-Pinilla, F. 2015. Interactive Actions of Bdnf Methylation and
Cell Metabolism for Building Neural Resilience Under The Influence Of Diet. Neurobiol. Dis. 73, 307–318.
Virtanen, J.K., Mursu,
J., Voutilainen, S., Uusitupa, M., Tuomainen, T.P. 2014. Serum Omega-3
Polyunsaturated Fatty Acids and Risk Of Incident Type 2 Diabetes in Men: The
Kuopio Ischemic Heart Disease Risk Factor Study. Diabetes Care 37, 189–
No comments:
Post a Comment