Saturday, August 11, 2018

CONTOH JURNAL SKRIPSI/TUGAS AKHIR (PICT NOT INCLUDE)


POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN GAMBIR (Uncaria gambir var Cubadak) TERHADAP BAKTERI DAN KHAMIR NIRA TEBU (Saccharum officinarum)

Antimicrobial Activity of Gambir Leaf Extract (Uncaria gambier var Cubadak) Against Bacteria and Yeast of Sugarcane Juice (Saccharum officinarum)

Annisa Ulfah Pristya1*, Aji Sutrisno1

1)       Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang
Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi, Email: aulfah11@gmail.com

ABSTRAK

Tebu merupakan komoditas pertanian penghasil gula. Sayangnya produktivitas gula Indonesia masih rendah akibat menurunnya rendemen gula menjadi 7% akibat tunda giling yang meningkatkan aktivitas bakteri dan khamir pendegradasi sukrosa nira tebu. Gambir (Uncaria gambir) varietas Cubadak merupakan tanaman perdu yang tinggi kandungan fenol yang bersifat antimikroba. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui potensi antimikroba ekstrak daun gambir terhadap konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) melalui perlakuan variasi metode ekstraksi dan konsentrasi ekstrak. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu metode ekstraksi dengan 2 level yaitu infus serta maserasi, dan konsentrasi ekstrak dengan 4 level yaitu 70%, 80%, 90%, dan 100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun gambir berpotensi antimikroba dan bersifat bakteriostatik terhadap bakteri serta bersifat fungistatik dan fungisidal terhadap khamir. Perlakuan metode ekstraksi dan konsentrasi ekstrak tidak menunjukkan adanya interaksi antar faktor namun memberikan pengaruh sangat nyata (α = 0,01) terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri dan khamir nira tebu. KHM infusa dan maserat daun gambir terhadap bakteri berturut-turut yaitu infusa konsentrasi 100% dan maserat konsentrasi 90%. KHM infusa dan maserat daun gambir terhadap terhadap khamir berturut-turut yaitu infusa konsentrasi 90% dan maserat konsentrasi 90%. KBM ekstrak daun gambir terhadap khamir yaitu maserat konsentrasi 100%.

Kata Kunci: Antimikroba, Daun Gambir, Konsentrasi Bunuh Minimum, Konsentrasi Hambat Minimum

ABSTRACT

Sugarcane is an agricultural commodity producer of sugar. This is due to decrease of sugar yield to 7% due to harvest-to-mill delays which increases activity of bacteria and yeast that degrade sucrose sugarcane juice. Gambir (Uncaria gambir) Cubadak variety is a shrub plant which has high levels of phenol that has antimicrobial activities. The aim of this study is to determine the antimicrobial activities of gambir leaf extract towards minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) by variations treatment of method of extraction and concentration of extract. This study used a Randomized Block Design (RBD) with two factors, those are extraction method with 2 levels, infusion and maceration, and concentration of extract with 4 levels of 70%, 80%, 90% and 100%. The results showed that gambir leaf extract has antimicrobial activities, showed bacteriostatic against bacteria, and fungistatic and fungicidal against yeast. Treatment methods of extraction and concentration of extract did not show any interaction between factors but show highly significant effect (α = 0.01) on inhibition growth of bacteria and yeast from sugarcane juice. MIC of infused extract and macerated extract from gambir leaf against bacteria respectively infused extract of concentration 100% and macerated extract of concentrations 90%. MIC of infused extract and macerated extract from gambir leaf against yeast respectively infused extract of concentration 90% and macerated extract of concentrations 90%. MBC of gambir leaf extract against yeasts that is macerated extract concentration of 100%.

Keywords: Antimicrobial, Gambir Leaf, Minimum Bactericidal Concentration (MBC), Minimum Inhibitory Concentration (MIC)


PENDAHULUAN

Tebu termasuk komoditas perkebunan penting Indonesia sebagai penghasil nira tebu yang merupakan bahan baku gula [1]. Sayangnya produktivitas gula Indonesia masih rendah akibat rendahnya rendemen gula yaitu 7% yang disebabkan degradasi sukrosa oleh bakteri dan khamir pada nira tebu [2, 3]. Indonesia mampu memproduksi sekitar 2,4 juta ton gula/tahun dengan tingkat rendemen 7%. Jika rendemen ditingkatkan menjadi 10%, Indonesia mampu memproduksi 3,5 juta ton gula/tahun dan diprediksi mampu memenuhi target swasembada gula jika rendemen tebu mencapai 14%[4].
Sebelumnya telah dilakukan berbagai penelitian untuk menghambat dan membunuh mikroorganisme pada nira tebu menggunakan pengawet kimia seperti sodium metasilicate 5% [5], thiocarbamate [6], dan kalium metabisulfit 0,01% [7]. Solusi sebelumnya dianggap kurang optimal karena itu diperlukan alternatif penanganan tebu pasca panen yang efektif salah satunya dengan memanfaatkan antimikroba dari ekstrak daun gambir.
Gambir (Uncaria gambier) merupakan salah satu komoditas berorientasi ekspor, dimana Indonesia adalah negara pemasok utama gambir dunia [8]. Pemanfaatan gambir selama ini masih belum optimal karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam ekstraksi gambir [9]. Gambir sebagian besar hanya diolah untuk zat pewarna dalam industri batik, industri penyamak kulit, ramuan makan sirih, bahan baku pembuatan permen dalam acara adat di India dan sebagai penjernih pada industri air [10]. Padahal gambir mengandung senyawa fenol dan turunannya [11]. Senyawa fenol berpotensi sebagai antimikroba [12,13]. Selain itu, fenol dari daun gambir dinyatakan aman digunakan [14,15].  Varietas gambir yang paling banyak ditanam petani dan memiliki kadar fenol yang tinggi adalah tipe gambir cubadak [16].
Selama ini belum dilakukan penelitian mengenai pengaruh metode ekstraksi dan konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap aktivitas antimikroba pada bakteri dan khamir nira tebu. Metode ekstraksi yang tepat diperlukan agar mendapatkan ekstrak daun gambir dengan konsentrasi senyawa fenolik yang tinggi [16]. Selain itu konsentrasi yang tepat diperlukan untuk memberikan efek optimum senyawa fenolik yang dihasilkan untuk membunuh mikroorganisme target. Metode ekstraksi dan konsentrasi ekstrak merupakan dua faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba yang dihasilkan [17].

BAHAN DAN METODE

Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun gambir varietas cubadak, nira tebu, Potato Dextrose Agar (PDA), Potato Dextrose Broth (PDB),  Nutrient Broth (NB) dan Nutrient Agar (NA), aquades, asam galat standar 1000 μg/L, reagen Folin-Ciocalteau (diencerkan 1:10 dengan aquades), larutan Na2CO3 75 g/L, Buffered Peptone Water (BPW), dan alkohol 80%.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi Juice Cane Extractor (Tagawa), oven, laminar air flow, rotary vacuum evaporator, mortar, neraca analitik ketelitian 0,1 mg (Mettle denver AA 200), ayakan 60 mesh (W.S. Tyler), blender kering (Quantum), kulkas (Toshiba), mikropipet nonfixed 1000 μl (finnpipette labsystem), inkubator (WTB Binder), spektrofotometer (Unico uv-210), autoklaf (HL-36 AE Hiramaya), pH meter (Hanna), colony counter, jangka sorong, penggaris, mikrotip, termometer air (Various), spatula kaca (Strepilan), tabung reaksi (Pyrex Iwaki), gelas beker ukuran 250 ml (Pyrex Iwaki), kompor, bunsen, erlenmeyer ukuran 500 mL (Pyrex Iwaki), labu gojog 100 ml (Pyrex Iwaki), labu ukur 100 ml (Pyrex Iwaki), cawan petri (Strepilan), borer 6 mm, cotton swab, dan  alumunium foil.

Desain Penelitian
Digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan, yaitu metode ekstraksi daun gambir yaitu infus (M1) dan maserasi (M2) dan konsentrasi ekstrak daun gambir 70% (K1), 80% (K2), 90% (K3), dan 100% (K4). Analisis data dilakukan dengan metode Analysis of Varian (ANOVA) untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau pengaruh pada tiap perlakuan. Selanjutnya dilakukan uji lanjut menggunakan metode BNT dengan taraf sangat nyata (α=0.01).

Tahapan Penelitian
                Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Hasil penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan rasio bahan:pelarut pada metode ekstraksi infus dan maserasi serta total fenol infusa dan maserat. Penelitian lanjutan dilakukan untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi dan konsentrasi ekstrak terhadap konsentrasi konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) bakteri dan khamir.

Metode
                Metode yang digunakan untuk penentuan rasio bahan:pelarut menggunakan metode uji difusi Kirby-Bauer, analisis total fenol menggunakan metode Folin-ciocalteu, serta pengujian KHM dan KBM ekstrak daun gambir cubadak terhadap bakteri dan khamir menggunakan metode dilusi.

Prosedur Analisis
1.     Persiapan Nira Tebu
                Sebanyak 1 lonjor tebu ukuran 30 cm yang telah dipanen disimpan selama 3 hari yang kemudian tebu dicuci dan dikupas kulitnya, selanjutnya tebu diperas menggunakan juice cane extractor dan diulang sebanyak tiga kali agar semua nira terperas keluar. Nira disaring dan disimpan dalam botol steril sebagai sumber kultur bakteri dan khamir [4].
2.     Pembuatan Stok Kultur
a.       Pembuatan Stok Kultur Bakteri
Sebanyak 10 ml nira tebu ditempatkan pada tabung reaksi kemudian diencerkan secara bertingkat menggunakan Buffered Peptone Water (BPW) hingga pengenceran 106. Selanjutnya tiga pengenceran terakhir masing-masing 1 ml dan dilakukan plating pada media NA dengan metode pour plate secara triplo dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC [4].
b.       Pembuatan Stok Kultur Khamir
Sebanyak 10 ml nira tebu ditempatkan pada tabung reaksi kemudian diencerkan secara bertingkat menggunakan Buffered Peptone Water (BPW) hingga pengenceran 106. Selanjutnya tiga pengenceran terakhir masing-masing 1 ml dan dilakukan plating pada media PDA dengan metode pour plate secara triplo dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC [4].

3.     Pembuatan Serbuk Daun Gambir Cubadak
Sebanyak 1 kg daun segar dicuci dan dikeringkan dalam oven suhu 60°C selama 4 jam. Daun gambir kering kemudian dihancurkan dengan blender kering selama 5 menit, ditumbuk menggunakan mortar agar lebih halus lalu diayak dengan ayakan 60 mesh [18].

4.     Penentuan Rasio Bahan:Pelarut
a.       Penentuan Rasio Bahan:Pelarut Metode Infus
Bahan dengan variasi rasio 1:25 (b/v), 1:35 (b/v), 1:45 (b/v) diekstrak dalam aquades menggunakan penangas air selama 15 menit pada suhu 90OC. Infusa yang diperoleh disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil selanjutnya dilakukan analisa antibakteri dan antifungal ekstrak menggunakan metode difusi Kirby and Bauer secara triplo [19].
b.       Penentuan Rasio Bahan:Pelarut Metode Maserasi
Bahan dengan variasi rasio 1:5 (b/v), 1:10 (b/v), 1:15 (b/v) direndam selama 24 jam dengan kecepatan pengadukan 120 rpm dan kedap cahaya pada temperatur ruang. Maserat yang diperoleh disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil selanjutnya dilakukan analisa antibakteri dan antifungal ekstrak menggunakan metode difusi Kirby and Bauer secara triplo [20].

5.     Analisa Total Fenol
Analisa total fenol diawali dengan persiapan sampel infusa dan maserat daun gambir dengan rasio bahan:pelarut terbaik yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Selanjutnya 1 ml sampel yang akan diuji dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan larutan Na2CO3 75 g/L 4 ml dan reagen Follin-Ciocalteau diencerkan 1:10) 5 ml, divortex, diinkubasi selama 1 jam di suhu ruang pada kondisi gelap, diambil 2 ml ekstrak diisikan ke dalam kuvet, diukur absorbansi pada panjang gelombang (λ) 765 nm, dikalibrasikan dengan kurva standar asam galat untuk didapatkan total fenol dalam μg GAE/ml dan dihitung total fenol dalam μg GAE/g dengan persamaan R2 [21], menggunakan rumus  sebagai berikut [22]:
C                =  CGAE x V
G
Keterangan:
C                = kadar total fenol (μg/g)
CGAE          = kadar total fenol dalam bentuk ekuivalen asam galat (μg/ml)
V                = volume ekstrak yang dihasilkan (ml)
G               = massa bahan (g)

6.     Pembuatan Ekstrak Daun Gambir Cubadak
a.       Pembuatan ekstrak dengan metode Infus
Serbuk daun gambir ditimbang 20 gram, dilarutkan dalam aquades sebanyak 700 ml (perbandingan 1:35) pada erlenmeyer yang sudah ditutup oleh alumunium foil. Selanjutnya, erlenmeyer yang berisi larutan serbuk daun gambir diletakkan dalam beker gelas yang berisi aquades sebanyak 200 mL dan dipanaskan dalam beker gelas selama 15 menit pada suhu 90OC. Infusa yang diperoleh disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil dan disimpan pada kulkas suhu 4°C. Konsentrasi infusa 100% didapatkan dengan cara larutan yang telah didapat diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator dengan temperatur 60oC selama ±3 jam hingga diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya larutan infusa diencerkan menggunakan aquades steril sesuai konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 100% sebelum digunakan [19].
b.       Pembuatan ekstrak dengan metode Maserasi
Serbuk daun gambir ditimbang 20 gram, dilarutkan dalam aquades sebanyak 200 ml (perbandingan 1:10) pada erlenmeyer yang sudah ditutup oleh alumunium foil dan dilakukan maserasi selama 24 jam dengan kecepatan 120 rpm pada temperatur ruang. Maserat yang diperoleh disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil dan disimpan pada kulkas suhu 4°C. Konsentrasi maserat 100% didapatkan dengan cara menguapkan larutan yang telah didapat menggunakan rotary vacuum evaporator dengan temperatur 60oC selama ±3 jam hingga diperoleh ekstrak kental, selanjutnya larutan maserat diencerkan menggunakan aquades steril sesuai konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 100% sebelum digunakan [23].

7.     Penentuan KHM bakteri dan khamir
Pada pengujian KHM bakteri, sebanyak 4 ml media NB steril dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ekstrak yang dibuat dengan 8 perlakuan yaitu infusa konsentrasi ekstrak 70%, 80%, 90%, 100%, dan maserat konsentrasi ekstrak 70%, 80%, 90%, 100%. Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml suspensi bakteri ke dalam media. Tabung-tabung reaksi tersebut kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C dalam inkubator. Tabung reaksi divortex sebelum pengamatan kejernihan dan absorbansi. Kejernihan diamati dengan cara dibandingkan pada kontrol negatif (kontrol media) dan kontrol positif (kontrol bakteri) sebelum dan setelah inkubasi untuk analisa kualitatif. Untuk analisa kuantitatif, absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer = 480 nm) sebelum dan setelah inkubasi [24].
Pada pengujian KHM khamir, sebanyak 4 ml media PDB steril dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ekstrak yang dibuat 8 perlakuan yaitu infusa konsentrasi ekstrak 70%, 80%, 90%, 100%, dan maserat konsentrasi ekstrak 70%, 80%, 90%, 100%. Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml suspensi khamir ke dalam media. Tabung-tabung reaksi tersebut kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C dalam inkubator. Tabung reaksi divortex sebelum pengamatan kejernihan dan absorbansi. Kejernihan diamati dengan cara dibandingkan pada kontrol negatif (kontrol media) dan kontrol positif (kontrol khamir) sebelum dan setelah inkubasi untuk analisa kualitatif. Untuk analisa kuantitatif, absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer = 480 nm) sebelum dan setelah inkubasi [24].
Pada analisa kualitatif, sampel dengan konsentrasi terendah yang tetap jernih setelah inkubasi dianggap sebagai KHM. Sampel yang tetap jernih selanjutnya diambil untuk dilakukan uji KBM. Pada analisa kuantitatif, KHM ditentukan dengan dengan menghitung OD setelah perlakuan inkubasi dikurangi OD sebelum inkubasi. Apabila terdapat konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan (OD ≤ 0), maka diperoleh Kadar Hambat minimum (KHM). Persentase penghambatan KHM secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
% penghambatan =  x 100%

8.     Penentuan KBM bakteri dan khamir
Sampel yang tetap jernih setelah inkubasi diambil dan ditumbuhkan pada media agar (PDA untuk khamir dan NA untuk bakteri) untuk mengidentifikasi adanya pertumbuhan mikroba setelah diinkubasi pada media agar. Konsentrasi ekstrak terendah yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni pada media agar dinyatakan sebagai KBM [22].

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.     Penentuan Rasio Bahan:Pelarut
                Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan ekstraksi adalah rasio bahan:pelarut [25]. Penentuan rasio bahan:pelarut sangat penting untuk memperoleh hasil ekstraksi yang paling optimal. Pada penelitian ini dilakukan dua variasi metode ekstraksi yaitu infus dan maserasi menggunakan aquades sebagai pelarut.

1.1    Penentuan Rasio Bahan:Pelarut Metode Infus
Berdasarkan hasil ekstraksi menggunakan metode infus dengan variasi rasio bahan:pelarut 1:25 (b/v), 1:35 (b/v), 1:45 (b/v). Data pengaruh rasio bahan:pelarut infusa terhadap zona hambat bakteri dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Pengaruh rasio bahan:pelarut infusa terhadap zona hambat bakteri uji
Rasio Bahan:
Pelarut
Zona Hambat

Ulg. 1
(mm)
Ulg. 2
(mm)
Ulg. 3 (mm)
Rerata
(mm)
Kontrol
0
0
0
0±0,00
1:25 (b/v)
4,79
4,85
4,81
4,82±0,02
1:35 (b/v)
6,69
6,70
6,73
6,71±0,02
1:45 (b/v)
5,70
5,70
5,66
5,69±0,02

Berdasarkan Tabel 1 diatas ditunjukkan rerata diameter zona hambat kontrol negatif (aquades), 1:25 (b/v), 1:35 (b/v), dan 1:45 (b/v) berturut-turut yaitu 0±0,00 mm, 4,82±0,02 mm, 6,71±0,02 mm, dan 5,69±0,02 mm. Selain terhadap bakteri, pengujian zona hambat juga dilakukan terhadap khamir uji. Berdasarkan hasil ekstraksi menggunakan metode infus dengan variasi rasio bahan:pelarut 1:25 (b/v), 1:35 (b/v), 1:45 (b/v). Data pengaruh rasio bahan:pelarut infusa terhadap zona hambat bakteri dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Pengaruh rasio bahan:pelarut infusa terhadap zona hambat khamir uji
Rasio Bahan:
Pelarut
Zona Hambat

Ulg. 1
(mm)
Ulg. 2
(mm)
Ulg. 3 (mm)
Rerata
(mm)
Kontrol
0
0
0
0±0,00
1:25 (b/v)
6,19
6,11
6,16
6,15±0,03
1:35 (b/v)
8,35
8,45
8,44
8,41±0,04
1:45 (b/v)
7,21
7,23
7,20
7,21±0,01

Berdasarkan Tabel 2 diatas ditunjukkan rerata diameter zona hambat kontrol negatif (aquades), 1:25 (b/v), 1:35 (b/v), dan 1:45 (b/v) berturut-turut yaitu 0±0,00 mm, 6,15±0,03 mm, 8,41±0,04 mm, dan 7,21±0,01 mm. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rasio bahan:pelarut 1:35 merupakan rasio paling optimal karena mampu mengekstrak senyawa antimikroba daun gambir dengan hasil yang paling besar terhadap bakteri uji maupun terhadap khamir uji. Hal ini diduga karena kontak bahan dengan pelarut lebih efektif pada volume 35 mL daripada perlakuan ekstraksi dengan volume pelarut sebanyak 25 mL dan 45 mL. Data ini juga diperkuat oleh penelitian [19] bahwa perlakuan terbaik ekstraksi senyawa fenolik daun gambir yaitu perlakuan rasio bahan:pelarut 1:35 (b/v).
Pada perlakuan rasio bahan:pelarut 1:25 (b/v) diduga perubahan suhu terjadi lebih cepat dan lebih tinggi sehingga mengakibatkan tingginya kerusakan termal pada senyawa fenolik dalam bahan. Kerusakan tanin yang bersifat antimikroba disebabkan proses hidrolisis selama ekstraksi dan pemanasan terus menerus [23]. Pada perlakuan rasio bahan:pelarut 1:45 (b/v) diduga volume pelarut yang digunakan terlalu berlebihan. Kelebihan pelarut menyebabkan pemanasan pada ekstrak daun gambir menjadi kurang optimal karena panas diserap oleh pelarut [20].

1.2    Penentuan Rasio Bahan:Pelarut Metode Maserasi
Berdasarkan hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan variasi rasio bahan:pelarut 1:5 (b/v), 1:10 (b/v), 1:15 (b/v). Data pengaruh rasio bahan:pelarut maserat terhadap zona hambat bakteri dapat dilihat pada tabel Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Pengaruh rasio bahan:pelarut maserat terhadap zona hambat bakteri uji
Rasio Bahan:
Pelarut
Zona Hambat

Ulg. 1
(mm)
Ulg. 2
(mm)
Ulg. 3 (mm)
Rerata
(mm)
Kontrol
0
0
0
0±0,00
1:5 (b/v)
6,30
6,32
6,34
6,32±0,02
1:10 (b/v)
7,75
7,70
7,72
7,72±0,02
1:15 (b/v)
6,15
6,17
6,10
6,14±0,03

Berdasarkan Tabel 3 diatas ditunjukkan rerata diameter zona hambat kontrol negatif (aquades), 1: 5 (b/v), 1:10 (b/v), dan 1:15 (b/v) secara berturut-turut yaitu 0±0,00 mm, 6,32±0,02 mm, 7,72±0,02 mm dan 6,14±0,03 mm. Pengujian maserat juga dilakukan terhadap khamir. Berdasarkan hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan variasi rasio bahan:pelarut  1:5 (b/v), 1:10 (b/v), 1:15 (b/v). Data pengaruh rasio bahan:pelarut maserat terhadap zona hambat khamir dapat dilihat pada tabel Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Pengaruh rasio bahan:pelarut maserat terhadap zona hambat khamir uji
Rasio Bahan:
Pelarut
Zona Hambat

Ulg. 1
(mm)
Ulg. 2
(mm)
Ulg. 3 (mm)
Rerata
(mm)
Kontrol
0
0
0
0±0,00
1:5 (b/v)
8,19
8,18
8,20
8,19±0,01
1:10 (b/v)
11,40
11,45
11,44
11,43±0,02
1:15 (b/v)
6,89
6,92
6,93
6,91±0,02

Berdasarkan Tabel 4 diatas ditunjukkan rerata diameter zona hambat kontrol negatif (aquades), 1: 5 (b/v), 1:10 (b/v), dan 1:15 (b/v) secara berturut-turut yaitu 0±0,00 mm, 8,19±0,01 mm, 11,43±0,02 mm dan 6,91±0,02 mm. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rasio bahan:pelarut 1:10 adalah rasio paling optimal karena mampu mengekstrak senyawa antimikroba daun gambir dengan hasil yang paling optimal. Hal ini diduga karena kontak bahan dengan pelarut lebih efektif pada volume 10 mL daripada perlakuan ekstraksi dengan volume pelarut sebanyak 5 mL dan 15 mL.
Jumlah pelarut mempengaruhi luas kontak padatan dengan pelarut yang akan mempengaruhi distribusi pelarut ke padatan [8]. Meratanya distribusi pelarut ke bahan akan memperbesar komponen bahan yang terkekstrak secara sempurna [17]. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa rasio bahan dengan pelarut yang optimal berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi senyawa fenolik serbuk daun gambir yaitu rasio bahan:pelarut 1:10 (b/v) [20].
Pada rasio bahan:pelarut 1:5 (b/v), diduga pelarut yang digunakan terlalu sedikit untuk mengekstrak senyawa fenol di dalam bahan sehingga kontak antara bahan dengan pelarut terbatas [4]. Pada rasio bahan:pelarut 1:15 (b/v), diduga volume pelarut yang digunakan terlalu berlebihan. Penggunaan pelarut yang berlebihan dapat menyebabkan kejenuhan pelarut selama ekstraksi sehingga senyawa fenolik tidak terekstrak secara sempurna [10].

2.     Analisa Total Fenol Ekstrak
Setelah diperoleh rasio bahan:pelarut, juga dilakukan analisa total fenol ekstrak dengan metode Folin-Ciocaltaeu yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan kandungan senyawa fenolik yang bersifat antimikroba [8]. Rerata total fenol infusa dan maserat berturut-turut 40,779±3,32 mg/g ekstrak dan 54,662±1,73 mg/g ekstrak. Hasil penelitian lain menyebutkan kandungan fenol dari ekstrak daun gambir memiliki range sebesar 37,887 mg/g-60,478 mg/g [23]. Total fenol ekstrak daun gambir diatas 40 mg/g sudah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen pada pangan [26].
Hasil dari pengujian total fenol, ditunjukkan bahwa total fenol maserat daun gambir lebih tinggi dibandingkan total fenol infusa daun gambir. Perbedaan total fenol ekstrak ini diduga karena perbedaan metode ekstraksi. Selama ekstraksi dengan metode infus, dilakukan pemanasan [19]. Suhu yang tinggi selama ekstraksi infus diduga menyebabkan degradasi beberapa senyawa fenolik sehingga total fenol ekstrak infusa menurun [27]. Sedangkan pada metode ekstraksi maserasi, suhu yang digunakan yaitu suhu ruang sehingga degradasi senyawa fenolik akibat suhu tinggi dapat dihindari dan sesuai untuk ekstraksi senyawa target termolabil seperti senyawa fenolik [28].
3. Kadar Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Daun Gambir
3.1 Kadar Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Daun Gambir Terhadap Bakteri
Pada penelitian ini KHM bakteri ditentukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Data hasil analisa kualitatif bakteri disimpulkan pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Rerata hasil analisa KHM kualitatif bakteri uji
Perlakuan
Pertumbuhan bakteri
Rerata Total
Ulg. 1
Ulg. 2
Ulg. 3
Infusa K. 70%
+
+
+
+
Infusa K. 80%
+
+
+
+
Infusa K. 90%
-
+
+
+
Infusa K. 100%
-
-
-
-
Maserat K. 70%
+
+
+
+
Maserat K. 80%
+
+
+
+
Maserat K. 90%
-
-
-
-
Maserat K. 100%
-
-
-
-
Kontrol Positif
+
+
+
+
Kontrol Negatif
-
-
-
-
Keterangan:             + = bakteri tumbuh (keruh)
- = bakteri tidak tumbuh (jernih)

Berdasarkan data pada Tabel 5 diatas ditunjukkan bahwa sampel infusa dengan perlakuan konsentrasi 70% (M1K1), 80% (M1K2), dan 90% (M1K3) berubah keruh yang menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri sedangkan sampel infusa dengan perlakuan konsentrasi 100% (M1K4) tetap jernih setelah inkubasi selama 24 jam. Hal ini menunjukkan bahwa KHM sampel infusa secara kualitatif yaitu perlakuan konsentrasi 100% (M1K4). Sedangkan sampel maserat pada konsentrasi 70% (M2K1) dan 80% (M2K2) berubah keruh yang menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri. Sementara sampel dengan konsentrasi 90% (M2K3) dan 100% (M2K4) tetap jernih setelah inkubasi selama 24 jam. Hal ini menunjukkan bahwa KHM sampel maserat secara kualitatif yaitu konsentrasi 90% (M2K3).
Penghambatan bakteri ditunjukkan dengan adanya kerjernihan media uji dan penurunan jumlah koloni bakteri setelah penambahan ekstrak antibakteri [29]. Medium yang keruh menunjukkan bakteri masih dapat tumbuh, antibakteri tidak efektif, sedangkan bila medium jernih berarti antibakteri efektif menghambat pertumbuhan bakteri [30]. Tabel 6 berikut merupakan hasil analisa KHM kuantitatif terhadap bakteri uji:

Tabel 6. Rerata hasil analisa KHM kuantitatif bakteri uji
Perlakuan
ΔOD
Rerata ΔOD
Ulg. 1
Ulg. 2
Ulg. 3
Infusa K. 70%
0,573
0,605
0,575
1,753
Infusa K. 80%
0,374
0,439
0,308
1,121
Infusa K. 90%
0,219
0,233
0,101
0,553
Infusa K. 100%
0,001
0,006
0,001
0,008
Maserat K. 70%
0,451
0,376
0,335
1,162
Maserat K. 80%
0,244
0,458
0,251
0,953
Maserat K. 90%
0,038
0,060
0,068
0,166
Maserat K. 100%
0,003
0,009
0,004
0,016
Kontrol Positif
0,601
0,650
0,624
1,875
Kontrol Negatif
0,000
0,000
0,000
0,000

Berdasarkan Tabel 6. diatas, semakin rendah konsentrasi ekstrak maka aktivitas antibakteri semakin rendah yang dibuktikan dengan rerata ΔOD yang semakin mendekati kontrol positif (kontrol bakteri). Semakin tinggi konsentrasi suatu ekstrak antibakteri, kemampuan penghambatannya cenderung semakin tinggi [30].
Hasil analisa KHM kuantitatif belum diperoleh diperoleh ekstrak daun gambir yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri hingga konsentrasi 100%. Hal ini disebabkan adanya berbagai mikroorganisme pada nira tebu yang berasal dari tanah dan udara serta menempel pada batang tebu sebelum digiling [30]. Bakteri pada nira tebu tersebut terdiri dari bakteri aerob pembentuk spora, bakteri aerob tidak membentuk spora, dan bakteri pembentuk lendir gum [31].
Berdasarkan hasil analisa ragam KHM terhadap bakteri menunjukkan bahwa perlakuan variasi metode ekstraksi dan konsentrasi ekstrak berpengaruh sangat nyata (α = 0,01) terhadap KHM bakteri uji. Namun pada interaksi antar perlakuan atau antar faktor tidak berpengaruh nyata terhadap KHM bakteri uji.

3.2 Kadar Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Daun Gambir Terhadap Khamir
Data hasil analisa kualitatif bakteri disimpulkan pada tabel 9 berikut:

Tabel 9. Rerata hasil analisa KHM kualitatif khamir uji
Perlakuan
Pertumbuhan bakteri
Rerata Total
Ulg. 1
Ulg. 2
Ulg. 3
Infusa K. 70%
+
+
+
+
Infusa K. 80%
+
+
+
+
Infusa K. 90%
-
+
-
-
Infusa K. 100%
-
-
-
-
Maserat K. 70%
+
+
+
+
Maserat K. 80%
-
+
+
+
Maserat K. 90%
-
-
+
-
Maserat K. 100%
-
-
-
-
Kontrol Positif
+
+
+
+
Kontrol Negatif
-
-
-
-
Keterangan:             + = khamir tumbuh (keruh)
- = khamir tidak tumbuh (jernih)

Berdasarkan Tabel 9 diatas, ditunjukkan bahwa sampel infusa konsentrasi 70% (M1K1) dan 80% (M1K2) berubah keruh sedangkan sampel dengan konsentrasi 90% (M1K3) dan 100% (M1K4) tetap jernih setelah inkubasi selama 48 jam. Hal ini menunjukkan bahwa KHM sampel infusa yaitu konsentrasi 90%. Sedangkan sampel maserat pada konsentrasi 70% (M2K1) dan 80% (M2K2) berubah keruh setelah inkubasi selama 48 jam. Sementara sampel dengan konsentrasi 90% (M2K3), dan 100% (M2K4) menunjukkan penampakan yang tetap jernih. Hal ini menunjukkan bahwa KHM sampel maserat yaitu konsentrasi 90%.
Kerjernihan sampel uji setelah inkubasi menunjukkan kemampuan suatu antimikroba menghambat pertumbuhan sel target [17]. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Prasetiyo (2015) bahwa gambir telah terbukti menghambat pertumbuhan jamur pada fase log dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) pada rentang konsentrasi 80% hingga 90%. Gambir memiliki kemampuan menghambat Saccharomycess cerevisiae pada konsentrasi 90%[34]
Perbedaan KHM pada dua metode ekstraksi yang berbeda ini diduga karena kandungan fenol pada maserat lebih banyak dibandingkan pada infusa. Metode ekstraksi maserasi memiliki keunggulan dibandingkan metode infus karena dapat mencegah degradasi pada senyawa target termolabil sekalipun seperti senyawa fenolik. Hal ini menyebabkan maserat dapat memberikan pengaruh penghambatan khamir yang lebih baik dibandingkan infusa [32]. Hasil penelitian [26] maserasi cocok digunakan untuk mengekstrak senyawa termolabil seperti senyawa fenolik. Hasil pengujian KHM kuantitatif terhadap khamir diperoleh hasil sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Rerata hasil analisa KHM kuantitatif khamir uji
Perlakuan
ΔOD
Rerata ΔOD
Ulg. 1
Ulg. 2
Ulg. 3
Infusa K. 70%
0,492
0,536
0,587
0,438
Infusa K. 80%
0,218
0,284
0,290
0,264
Infusa K. 90%
0,077
0,095
0,116
0,064
Infusa K. 100%
0,014
0,009
0,006
0,013
Maserat K. 70%
0,400
0,388
0,377
0,321
Maserat K. 80%
0,172
0,149
0,157
0,159
Maserat K. 90%
0,034
0,026
0,031
0,030
Maserat K. 100%
0,004
0,002
0,001
0,002
Kontrol Positif
0,650
0,595
0,633
0,626
Kontrol Negatif
0,000
0,000
0,000
0,000

Berdasarkan Tabel 10 diatas, persentase penghambatan tertinggi terhadap khamir yaitu perlakuan maserat konsentrasi 100% (M2K4) dengan rerata persentase penghambatan tertinggi yaitu 99,6% dan rerata ΔOD 0,002 sedangkan rerata persentase penghambatan terendah yaitu perlakuan infusa konsentrasi 70% (M1K1) dengan persentase 13,8% dan rerata ΔOD 0,438. Semakin rendah konsentrasi ekstrak maka aktivitas antifungal semakin rendah yang dibuktikan dengan rerata ΔOD yang semakin mendekati kontrol positif. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol gambir, maka semakin rendah pertumbuhan khamir [33]. Gambir memiliki kemampuan menghambat khamir Saccharomycess cerevisiae [34].
Berdasarkan hasil analisa ragam, perlakuan variasi metode ekstraksi dan konsentrasi ekstrak berpengaruh sangat nyata (α = 0,01) terhadap KHM khamir uji. Namun pada interaksi antar perlakuan atau antar faktor tidak berpengaruh nyata terhadap KHM uji.

4.     Kadar Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Gambir
4.1 Kadar Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Gambir Terhadap Bakteri
Penentuan KBM bakteri dilakukan terhadap infusa konsentrasi 90% (M1K3), maserat konsentrasi 90% (M2K3), dan maserat konsentrasi 100% (M2K4).  Hasil analisa KBM ekstrak daun gambir terhadap bakteri uji ditunjukkan pada tabel 13 berikut:

Tabel 13. Hasil analisa kuantitatif KBM terhadap bakteri uji
Perlakuan
Jumlah Koloni
Rerata
Ulg. 1
Ulg. 2
Ulg. 3
Infusa K. 100%
145
130
135
137±6,24
Maserat K. 90%
300
292
280
291±8,22
Maserat K. 100%
55
45
50
50±4,08

Berdasarkan Tabel 13 diatas, pertumbuhan koloni bakteri tertinggi dan terendah berturut-turut tumbuh pada perlakuan ekstrak maserat konsentrasi 90% dengan rerata 291±8,22 koloni dan maserat konsentrasi 100% dengan rerata 50±4,08 koloni. Masih terdapat pertumbuhan bakteri semua perlakuan sehingga tidak diperoleh nilai KBM ekstrak daun gambir terhadap bakteri. Hal ini diduga karena senyawa fenolik daun gambir hanya bersifat bakteriostatik dan bukan bakterisidal atau bakteriolitik [31]. Variasi bakteri yang terdapat dalam nira tebu diduga mempengaruhi aktivitas antibakteri ekstrak daun gambir, karena terdapat beberapa bakteri yang memiliki resistensi sangat tinggi terhadap antibakteri [17].


4.2 Kadar Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Gambir Terhadap Khamir
Data hasil pengujian KBM terhadap khamir uji ditunjukkan pada Tabel 14 berikut:

Tabel 14. Hasil analisa kuantitatif KBM terhadap khamir uji
Perlakuan
Jumlah Koloni
Rerata
Ulg. 1
Ulg. 2
Ulg. 3
Infusa K. 90%
130
140
135
135±4,08
Infusa K. 100%
45
38
45
128±3,30
Maserat K. 90%
3
2
0
2±1,25
Maserat K. 100%
0
0
0
0±0,00

Berdasarkan Tabel 14 diatas, perlakuan M1K3 (ekstrak infusa 90%), M1K4 (ekstrak infusa 100%), M2K2 (ekstrak maserat 80%), dan M2K3 (ekstrak maserat 90%) masih menunjukkan adanya pertumbuhan khamir sedangkan pada perlakuan M2K4 (ekstrak maserat 100%) tidak terdapat pertumbuhan khamir pada setiap ulangan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan M2K4 (ekstrak maserat 100%) dapat ditentukan sebagai KBM ekstrak daun gambir terhadap khamir. Ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) memiliki aktivitas antifungal terhadap Candida albicans dengan Kadar Bunuh Minimum (KBM) konsentrasi ekstrak 100% [33]. Ekstrak kental daun gambir bersifat fungsidal [35].
Aktivitas fungisidal ekstrak daun gambir disebabkan kandungan katekin dan tanin di dalamnya [1]. Senyawa flavonoid pada gambir berperan sebagai antifungal dengan cara mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel sehingga pertumbuhan jamur terhenti atau mati [14]. Tanin diduga berperan mengerutkan dinding sel sehingga menganggu permeabilitas sel itu sendiri sehingga aktivitas hidup mikroba dan fungi terhambat [36].

SIMPULAN
                Ekstrak daun gambir memiliki potensi sebagai antibakteri yang bersifat bakteriostatik, ditunjukkan dengan KHM infusa dan maserat daun gambir terhadap bakteri berturut-turut yaitu infusa konsentrasi 100% (M1K4) dan maserat konsentrasi 90% (M2K3). Namun belum terdapat KBM infusa maupun maserat daun gambir terhadap bakteri. Ekstrak daun gambir memiliki potensi sebagai antifungal yang bersifat fungistatik dan fungisidal terhadap khamir yang ditunjukkan dengan KHM infusa dan maserat daun gambir terhadap terhadap khamir berturut-turut yaitu infusa konsentrasi 90% (M1K3) dan maserat konsentrasi 90% (M2K3). KBM ekstrak daun gambir terhadap khamir yaitu maserat konsentrasi 100% (M2K4).

DAFTAR PUSTAKA
1)         Soetopo, D., Purwono, Siswanto, M. Syakir, S. Joni, J. Pitono dan W. Rumini. 2012. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Puslitbang perkebunan. 38 hlm.
2)         Solomon, S., A.K. Srivastava, P. Singh, I. Singh, A. Sawnani, C.P. Prajapati. 2007. An Assessment of Postharvest Sucrose Losses in Sugarcane Billets Under Subtropical Conditions. Proc. Int. Soc. Sugar Cane Technol., 26: 1513 1520.
3)         Saxena, P., R. P. Srivastava, M. L. Sharma. 2010. Impact of Cut to Crush Delay and Biochemical Changes in Sugarcane. Aust. J. Crop Sci., 4(9): 692 699.
4)         Winata, E. D. 2013. Pengendalian Mutu Proses Pengolahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Rendemen di PG. Djatiroto – Lumajang. Universitas Brawijaya. Malang.
5)         Layoso, J. D., and L. Rosario. 2005. In Vivo Inhibition of Sugarcane Invertase. The Philippine Journal of Crop Science. Vol II No 3.
6)         Smith, S., M. Alok, Lall, and Gaibriyal. 2009.  Application of Thiocarbamate Based Chemical for Minimization Enzyme Activity in Sugar Cane Juice. Current Research Journal of Biological Sciences 1 (1): 11-13, 2009. ISSN: 2041-0778.
7)         Sangeeta, B. S. Hathan, and B. S. khatkar. 2013. Studies on Stability of Sugarcane Juice Blended with Anola Juice at Refrigerated and Room Temperature. International Journal of Agriculture and Food Science Technology. ISSN 2249-3050, Volume 4, Number 10 (2013), pp. 1027-1036.
8)         Amos, H. Henanto, S. Royaningsih, dan F. Laura. 2014. Kandungan Katekin pada Gambir. Makalah pada Seminar Nasional ke XVII & Kongres ke X Perhimpunan Biokimia & Biologi Molekuler Indonesia di Pekanbaru, Riau.
9)         Nazir, A. 2011. Gambir Budidaya, Pengelolaan dan Prospek Diversifikasinya. Yayasan Hutanku. Padang.
10)     Zamarel dan Risfaheri. 2015. Perkembangan Penelitian Tanaman Industri Lain. Edisi Khusus Littro VII (2).Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
11)     Pambayun, R., M.Gardjito, S. Sudarmadji, dan K. R. Kuswanto. 2007. Kandungan Fenol dan Sifat Antibakteri dari Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir (Uncaria gambir Roxb). Majalah Farmasi Indonesia 18 (3). Hal 141 – 146.
12)     Arakawa, H., M. Masako, S. Robuyusi, and Miyazaki. 2007. Role of Hydrogen Peroxide in Bactericidal Action of Catechin. Biological and Pharmaceutical Bulletin, Vol. 27 No. 3227: 227-228.
13)     Tinambunan, A. 2010. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. [Tesis]. Universitas Gadjahmada, Yogyakarta.
14)     Apea-Bah, F. B. 2009. Assessment of the DPPH and á-glucosidase Inhibitory Potential of Gambier and Qualitative Identification of Major Bioactive Compound. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 3(10): 736-757.
15)     Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani. [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
16)     Murti, K. 2004. Analisis Status Hara N, P, K dalam Hubungannya dengan Hasil Tanaman Gambir (Uncaria gambir. Roxb) di Siguntur Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Stigma XIII, 177-180.
17)     Racowski, I., V.T. Freire, C. L. S. Souza, T. M. Santos, and B. Pagani. 2015. Study of the Sugarcane (Sachharum spp.) Antimicrobial Activity Against the Fungi Aspergillus sp. and Fusarium sp. Termomecanica School of Technology: Estrada dos Alvarengas, n 4.001, Sao Bernardo do Campo, SP, Brazil.
18)     Rao, K., R. Aradhana, D. Banjii, R. Chaitanya, and A. A. Kumar. 2011. In Vitro Anti Oxidant and Free Radical Scavenging Activity of Various Extracts of Tectona grandis Linn Leaves. Journal of Pharmacy Research 2(4): 440-442.
19)     Magdalena, N. V. 2015. Antibakteri Dari Ekstrak Kasar Daun Gambir (Uncaria gambir var Cubadak) Metode Microwave-Assisted Extraction Terhadap Bakteri Patogen. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 No 1 p.124-135, Januari 2015.
20)     Dewi, F. K. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Surakarta: Jurusan Biologi MIPA, Univ. Sebelas Maret.
21)     Folin, O., and V. Ciocalteu. 1944. Tyrosine and Tryptophane Determinations in Proteins. Jour. Bio. Chem., 73 : 627-650, 1927, in. Todd-Sanford, 10, 412.
22)     Sharma, G.N. 2011. Phytochemical Screening and Estimation of Total Phenolic Content in Aegle marmelos Seeds. International Journal of Pharmaceutical and Clinical Research 2(3): 27-29
23)     Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap  Kadar Fenol Daun Gambir (Uncaria gambier Roxb.). [Tugas Akhir]. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
24)     Madigan, M. T., J. M. Martinko, and J. Parker. 2013. Brock Biology of Microorganisms. Tenth Edition. Southern Illinois University Carbondale.
25)     Naufalin, R. 2015. Kajian Sifat Antimikroba Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambier Roxb.) Terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. [Disertasi]. Sekolah pasca Sarjana, IPB. Bogor.
26)     Roslizawaty, N. Y. Ramadani, Fakhrurrazi, and Herrialfian. 2013. Aktivitas Antibakterial Ekstrak Etanol dan Rebusan Gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap bakteri Escherichia coli. J. Medika Veterinaria 7(2):91-94.
27)     Naidu, A. S. 2010. Natural Food Antimicrobial Systems. CRC Press. USA.
28)     Fauzi. 2013. Kimia Bahan Alam. Fakultas Farmasi, Unisba.
29)     Pelczar M.J. and E. C. S. Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi 2 (terj.). UI press. Jakarta, Hlm. 452 -460.
30)     Ahmed, S. A. 2008. Invertase Production by Bacillus macerans Immobilized on Calcium Alginate Beads. Journal of Applied Science Research, 4(12):1777-1781.
31)     Patil, S. H., P. V. Deshmukh, S. A. Sreenivas, V. Sankeertana, V. Rekha, and B. Anjaiah. 2012. Evaluation of Anthelmintic activity of Uncaria gambier Roxb. against Pheretima posthuma. Int. J. Drug Dev. & Res., October-December 2012, 4(4): 234-238.
32)     Almeida, A. C., L. C. de Araujo., A. M. Costa., C. A. M. de Abreu., M. A. G. de Andrade Lima., M. de L. A. P. F. Palha. 2005. Sucrose Hydrolysis Catalyzed by Auto-Immobilized Invertase into Intact Cell of Cladosporium cladosporioides. Electronic Journal of Biotechnology, (8): 54-62.
33)     Suraini, Chairani, dan Enlita. 2015. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terhadap Candida albicans secara In Vitro. Scientia Vol. 5 No. 2, Agustus 2015.
34)     Widiyanti, R. 2006. Analisa Kandungan Antioksidan dan Fenol pada Gambir (Uncaria gambir Roxb). Universitas Indonesia. Jakarta.
35)     Pratiwi, I. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Gambir terhadap Bakteri Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium. Surakarta: Jurusan Biologi FMIPA UNS.
36)     Benko, A. M. 2010. Overview on Plant Antimicrobial Peptides. Current Protein and Peptide Science.[s. l.], v. 11, n. 3, p. 181-188, 2010.


No comments:

Post a Comment

CATATAN BIOAKTIF DAN SINDROM METABOLIK

SINDROM METABOLIK 1.        Obesitas menyebabkan inflamasi, hipertensi, resistensi insulin . Kemudian menyebabkan DM 2, penyakit kardi...