Thursday, August 9, 2018

CONTOH BAB 3 PADA PROPOSAL SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari hingga Bulan Juli 2016 di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan, dan Laboratorium Bioteknologi, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi Juice Cane Extractor (Tagawa), oven, laminar air flow, rotary vacuum evaporator, mortar, neraca analitik ketelitian 0,1 mg (Mettle denver AA 200), ayakan 60 mesh (W.S. Tyler), blender kering (Quantum), kulkas (Toshiba), mikropipet nonfixed 1000 μl (finnpipette labsystem), inkubator (WTB Binder), spektrofotometer (Unico uv-210), autoklaf (HL-36 AE Hiramaya), pH meter (Hanna), colony counter, jangka sorong, penggaris, mikrotip, termometer air (Various), spatula kaca (Strepilan), tabung reaksi (Pyrex Iwaki), gelas beker ukuran 250 ml (Pyrex Iwaki), kompor, bunsen, rak tabung reaksi, bulb, erlenmeyer ukuran 500 mL (Pyrex Iwaki), labu gojog 100 ml (Pyrex Iwaki), labu ukur 100 ml (Pyrex Iwaki), cawan petri (Strepilan), borer 6 mm, cotton swab, alumunium foil, kapas, korek api, kertas payung, plastik untuk sterilisasi, karet gelang, dan plastik wrapping.
Bahan yang digunakan adalah daun gambir varietas cubadak, nira tebu, Potato Dextrose Agar (PDA), Potato Dextrose Broth (PDB),  Nutrient Broth (NB) dan Nutrient Agar (NA), aquades, asam galat standar 1000 μg/L, reagen Folin-Ciocalteau (diencerkan 1:10 dengan aquades), larutan Na2CO3 75 g/L, Buffered Peptone Water (BPW), dan alkohol 80%.

3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor I yaitu metode ekstraksi daun gambir (M) yang terdiri dari 2 level yaitu metode infus (M1) dan metode maserasi (M2) dan faktor II adalah konsentrasi ekstrak daun gambir (K) yang terdiri dari 4 level yaitu konsentrasi 70% (K1), 80% (K2), 90% (K3), dan 100% (K4). Analisis data dilakukan dengan metode Analysis of Varian (ANOVA) untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau pengaruh pada tiap perlakuan. Selanjutnya dilakukan uji lanjut menggunakan metode BNT.
Dari kedua faktor tersebut, dicari faktor kombinasi perlakuan yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Faktor kombinasi perlakuan
Metode ekstraksi (M)
Konsentrasi ekstrak daun gambir (K)
70% (K1)
80% (K2)
90% (K3)
100% (K4)
Infus (M1)
M1K1
M1K2
M1K3
M1K4
Maserasi (M2)
M2K1
M2K2
M2K3
M2K4

Berdasarkan Tabel 3.1 diatas diperoleh delapan kombinasi perlakuan yang akan digunakan dalam penelitian dengan rincian yang dapat dilihat dalam Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Kombinasi perlakuan metode ekstraksi dan konsentrasi ekstrak
No
Sampel
Perlakuan
1
M1K1
Ekstraksi dengan metode infus konsentrasi ekstrak 70%
2
M1K2
Ekstraksi dengan metode infus konsentrasi ekstrak 80%
3
M1K3
Ekstraksi dengan metode infus konsentrasi ekstrak 90%
4
M1K4
Ekstraksi dengan metode infus konsentrasi ekstrak 100%
5
M2K1
Ekstraksi dengan metode maserasi konsentrasi ekstrak 70%
6
M2K2
Ekstraksi dengan metode maserasi konsentrasi ekstrak 80%
7
M2K3
Ekstraksi dengan metode maserasi konsentrasi ekstrak 90%
8
M2K4
Ekstraksi dengan metode maserasi konsentrasi ekstrak 100%

Jumlah ulangan dihitung  dengan rumus sebagai berikut:
(n-1) (p-1)     ≥ 15
(n-1) (8-1)     ≥ 15
7n-7              ≥ 15
7n                 ≥ 22
n                   ≥ 3,1 ≈ 3
keterangan: p : Jumlah perlakuan dalam penelitian.
                     n : Jumlah perlakuan ulang (sampel)
berdasarkan hasil perhitungan diatas, jumlah ulangan penelitian ini yaitu sebanyak tiga kali.





3.4  Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:
1.    Variabel bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah perlakuan variasi metode ekstraksi dan variasi konsentrasi ekstrak daun gambir (Uncaria gambir Roxb.).
2.    Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu Kadar Hambat Minimum (KHM), dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).
3.    Variabel terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah variabel yang diusahakan sama untuk setiap perlakuan diantaranya daun gambir dan nira tebu yang digunakan, pelarut yang digunakan, suhu inkubasi, waktu inkubasi, serta media pertumbuhan bakteri dan khamir.

3.5  Pelaksanaan Penelitian

a.   Persiapan Nira Tebu (Winata, 2013)
            Persiapan bahan baku sebagai sumber isolat merupakan salah satu hal yang penting karena menentukan keberhasilan penelitian (Haq dan Ali, 2007). Pada penelitian ini bahan baku sebagai sumber isolat yang digunakan yaitu nira tebu.  Sebanyak 1 lonjor tebu ukuran 30 cm yang telah dipanen disimpan selama 3 hari yang bertujuan agar mikroba yang diinginkan tumbuh. Selanjutnya tebu dicuci dan dikupas kulitnya. Tebu tersebut kemudian diperas menggunakan juice cane extractor dan diulang sebanyak tiga kali agar semua nira terperas keluar. Nira yang diperoleh kemudian disaring dan disimpan di dalam botol steril sebagai sumber isolat bakteri uji dan khamir uji yang digunakan dalam penelitian ini.

b.  Pembuatan Stok Kultur
1.    Pembuatan Stok Kultur Bakteri (Diubah dari Winata, 2013)
Pembuatan kultur bakteri yang tepat sangat penting karena menentukan keberhasilan penelitian (Pratiwi, 2009). Sebanyak 10 ml nira tebu ditempatkan pada tabung reaksi kemudian diencerkan secara bertingkat menggunakan Buffered Peptone Water (BPW) hingga pengenceran 106. Selanjutnya tiga pengenceran terakhir masing-masing 1 ml dan dilakukan plating pada media NA dengan metode pour plate secara triplo. Setelah agar memadat, dilakukan selama 24 jam pada suhu 37oC. Koloni bakteri yang tumbuh setelah inkubasi diamati dan diambil 1 ose untuk diremajakan atau digunakan pada penelitian selanjutnya. 
1.    Pembuatan Stok Kultur Khamir (Diubah dari Winata, 2013)
Pembuatan stok kultur khamir yang diperoleh secara isolasi sangat menentukan keberhasilan penelitian (Pratiwi, 2009). Sebanyak 10 ml nira tebu ditempatkan pada tabung reaksi kemudian diencerkan secara bertingkat menggunakan Buffered Peptone Water (BPW) hingga pengenceran 106. Selanjutnya tiga pengenceran terakhir masing-masing 1 ml dan dilakukan plating pada media PDA dengan metode pour plate secara triplo. Setelah agar memadat, dilakukan selama 48 jam pada suhu 37oC. Koloni khamir yang tumbuh setelah inkubasi diamati dan diambil 1 ose untuk diremajakan atau digunakan pada penelitian selanjutnya.
a.   Pembuatan Serbuk Daun Gambir Cubadak (Rao et al., 2011)
Pembuatan serbuk daun gambir melalui dua tahap yaitu pengeringan dan pengecilan ukuran. Pengeringan bertujuan untuk menginaktivasi enzim polifenol oksidase sehingga kerusakan fenol dapat diperkecil (Ahmed, 2008). Pengecilan ukuran bertujuan untuk memperluas kontak antara bahan (serbuk daun gambir) dengan pelarut sehingga proses ekstraksi polifenol lebih efektif (Almeida et al., 2005).
Sebanyak 1 kg daun segar dicuci dan dikeringkan dalam oven suhu 60°C selama 4 jam. Daun gambir kering kemudian dihancurkan dengan blender kering selama 5 menit, ditumbuk menggunakan mortar agar lebih halus lalu diayak dengan ayakan 60 mesh.
a.   Penentuan Rasio Bahan:Pelarut
Penentuan rasio bahan:pelarut sangat penting untuk memperoleh hasil ekstraksi yang paling optimal. Penentuan rasio ini menggunakan metode difusi agar secara sumuran karena metode difusi agar merupakan metode umum yang praktis, cepat dalam pembacaan hasil, mudah dan murah (Pratiwi, 2009).
1.    Penentuan Rasio Bahan:Pelarut Metode Infus (Magdalena, 2015)
Penentuan rasio dilakukan dengan cara mengekstrak bahan:aquades dengan metode infus yaitu pemanasan bahan dalam penangas air selama 15 menit pada suhu 90OC. Pada penelitian ini digunakan variasi rasio 1:25 (b/v), 1:35 (b/v), 1:45 (b/v). Infusa yang diperoleh disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil selanjutnya dilakukan analisa antibakteri dan antifungal ekstrak menggunakan metode difusi Kirby and Bauer secara triplo.
Pengamatan terhadap aktivitas penghambatan mikroba dilakukan dengan mengukur zona hambat yang terbentuk di sekitar sumuran. Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya menggunakan jangka sorong. Adanya daerah bening di sekeliling sumuran menunjukkan adanya aktivitas antimikroba. Ekstrak yang menunjukkan zona hambat tertinggi diasumsikan sebagai rasio bahan:pelarut terbaik yang digunakan untuk penelitian selanjutnya. Luas zona hambat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Diameter Zona Hambat = Diameter Zona Bening – Diameter Lubang Sumuran 

2.    Penentuan Rasio Bahan:Pelarut Metode Maserasi (Dewi, 2010)
Penentuan rasio dilakukan dengan cara mengekstrak bahan:aquades dengan metode maserasi yaitu merendam simplisia selama 24 jam dengan kecepatan pengadukan 120 rpm pada temperatur ruang. Pada penelitian pendahuluan ini digunakan variasi rasio 1:5 (b/v), 1:10 (b/v), 1:15 (b/v). Maserat yang diperoleh disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil selanjutnya dilakukan analisa antibakteri dan antifungal ekstrak menggunakan metode difusi Kirby and Bauer secara triplo.
Pengamatan terhadap aktivitas penghambatan mikroba dilakukan dengan mengukur zona hambat yang terbentuk di sekitar sumuran. Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya menggunakan jangka sorong. Adanya daerah bening di sekeliling sumuran menunjukkan adanya aktivitas antimikroba. Ekstrak yang menunjukkan zona hambat tertinggi diasumsikan sebagai rasio bahan:pelarut terbaik yang digunakan untuk penelitian selanjutnya. Luas zona hambat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Diameter Zona Hambat = Diameter Zona Bening – Diameter Lubang Sumuran

b.  Analisa Total Fenol
Fenol merupakan salah satu fitokimia yang paling banyak penyebarannya pada tanaman. Senyawa fenol diketahui sangat berperan terhadap aktivitas antioksidan dan antimikroba, semakin besar kandungan senyawa fenol maka semakin besar aktivitas antioksidan dan antimikrobanya. Metode Folin-ciocalteu adalah salah satu metode termudah untuk mengukur kandungan total fenol. Metode ini berdasarkan kemampuan reagen Folin-Ciocalteu mengoksidasi gugus hidroksil (OH-) dari senyawa golongan fenol dan menghasilkan perubahan warna yang diukur pada absorbansi 765 nm (Folin dan Ciocalteu, 1944).

1.    Prosedur Pembuatan Kurva Standar Asam Galat (Folin dan Ciocalteu, 1944)
Pada penentuan total fenol dengan metode Folin-Ciocalteu perlu dibuat suatu kurva standar asam galat. Kurva standar asam galat menunjukkan korelasi konsentrasi asam galat dengan absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linier (Zhu et al., 2012). Asam galat digunakan sebagai larutan standar karena merupakan salah satu jenis golongan senyawa fenolik. Pereaksi Folin-Ciocalteu merupakan larutan kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam fosfomolibdat dan asam heteropolifosfotungstat. Pereaksi ini terbuat dari air, natrium tungstat, natrium molibdat, asam fosfat, asam klorida, litium sulfat, dan bromin (Folin dan Ciocalteu, 1944).
Prosedur pembuatan kurva standar asam galat diawali dengan pembuatan larutan asam galat stok 1000 μg/ml, selanjutnya larutan diencerkan hingga diperoleh larutan asam galat 25 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml dan 400 μg/ml, diambil 1 ml tiap konsentrasi larutan asam galat, dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan larutan Na2CO3 75 g/L 4 ml dan reagen Follin-Ciocalteau (diencerkan 1:10) 5 ml, divortex, diinkubasi 1 jam suhu ruang dalam kondisi gelap, dipipet 2 ml kedalam kuvet untuk di ukur absorbasi pada panjang gelombang (λ) 765 nm, dibuat kurva standar asam galat dengan x=konsentrasi larutan asam galat dan y=absorbansi, dihitung persamaan regresi dan R2.
1.    Prosedur Analisa Total Fenol (Folin dan Ciocalteu, 1944)
Menurut Nazir (2011), terdapat korelasi positif antara total komponen fenol dengan aktivitas antimikroba. Semakin tinggi total fenol maka semakin tinggi pula aktivitas antimikroba yang dihasilkan. Naufalin (2015) juga menjelaskan bahwa penurunan gugus hidroksil pada senyawa fenolik hasil ekstraksi akan menurunkan toksisitas senyawa antimikroba.
Analisa total fenol diawali dengan persiapan sampel infusa dan maserat daun gambir dengan rasio bahan:pelarut terbaik. Selanjutnya 1 ml sampel yang akan diuji dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan larutan Na2CO3 75 g/L 4 ml dan reagen Follin-Ciocalteau diencerkan 1:10) 5 ml, divortex, diinkubasi selama 1 jam di suhu ruang pada kondisi gelap, diambil 2 ml ekstrak diisikan ke dalam kuvet, diukur absorbansi pada panjang gelombang (λ) 765 nm, dikalibrasikan dengan kurva standar asam galat untuk didapatkan total fenol dalam μg GAE/ml dan dihitung total fenol dalam μg GAE/g dengan persamaan R2 menggunakan rumus  sebagai berikut:

C            =  CGAE x V
G
Keterangan:
C            = kadar total fenol (μg/g)
CGAE       = kadar total fenol dalam bentuk ekuivalen asam galat (μg/ml)
V            = volume ekstrak yang dihasilkan (ml)
G            = massa bahan (g)

a.   Pembuatan Ekstrak Daun Gambir Cubadak
Ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai agen pemisah (separating agent) (Ana et al., 2009). Teknik ekstraksi yang tepat berbeda untuk masing-masing bahan. Hal ini dipengaruhi oleh tekstur kandungan bahan dan jenis senyawa yang ingin didapat (Solomon, 2003). Pada penelitian ini digunakan dua metode ekstraksi yaitu metode infus dan metode maserasi.

1.    Pembuatan ekstrak dengan metode Infus (Magdalena, 2015)
Pembuatan ekstrak gambir dengan metode infus (Lampiran 1) diawali dengan serbuk daun gambir ditimbang 20 gram, dilarutkan dalam aquades sebanyak 700 ml (perbandingan 1:35) pada erlenmeyer yang sudah ditutup oleh alumunium foil. Selanjutnya, erlenmeyer yang berisi larutan simplisia daun gambir diletakkan dalam beker gelas yang berisi aquades sebanyak 200 mL dan dipanaskan dalam beker gelas selama 15 menit pada suhu 90OC. Infusa yang diperoleh disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil dan disimpan pada kulkas suhu 4°C. Konsentrasi infusa 100% didapatkan dengan cara larutan yang telah didapat diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator dengan temperatur 60oC selama ±3 jam hingga diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya larutan infusa diencerkan menggunakan aquades steril sesuai konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 100% sebelum digunakan.
2.    Pembuatan ekstrak dengan metode Maserasi (Istiqomah, 2013)
Pembuatan ekstrak gambir dengan metode maserasi (Lampiran 1) diawali dengan serbuk daun gambir ditimbang 20 gram, dilarutkan dalam aquades sebanyak 200 ml (perbandingan 1:10) pada erlenmeyer yang sudah ditutup oleh alumunium foil dan dilakukan maserasi selama 24 jam dengan kecepatan 120 rpm pada temperatur ruang. Maserat yang diperoleh disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus, ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil dan disimpan pada kulkas suhu 4°C. Konsentrasi maserat 100% didapatkan dengan cara menguapkan larutan yang telah didapat menggunakan rotary vacuum evaporator dengan temperatur 60oC selama ±3 jam hingga diperoleh ekstrak kental, selanjutnya larutan maserat diencerkan menggunakan aquades steril sesuai konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 100% sebelum digunakan.

b.  Penentuan KHM dan KBM
Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair menggunakan media cair Nutrien Broth (NB) untuk bakteri dan media Potato Dextrose Broth (PDB) untuk khamir. Pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer sebelum dan sesudah inkubasi dilakukan untuk melihat pertumbuhan bakteri uji dan khamir uji. Ekstrak yang dilakukan uji penentuan KHM dan KBM adalah ekstrak daun gambir.
1.    Penentuan KHM secara kualitatif (Dewi, 2010)
Pada pengujian KHM bakteri, sebanyak 4 ml media NB steril dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ekstrak yang dibuat dengan 8 perlakuan (Lampiran 2) yaitu infusa konsentrasi 70%, infusa konsentrasi 80%, infusa konsentrasi 90%, infusa konsentrasi 100%, dan maserat konsentrasi 70%, maserat konsentrasi 80%, maserat konsentrasi 90%, maserat konsentrasi 100%. Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml suspensi bakteri kedalam media. Tabung reaksi tersebut kemudian diamati kejernihannya dengan cara dibandingkan pada kontrol positif dan kontrol negatif. Tabung-tabung reaksi tersebut kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C dalam inkubator.
Pada pengujian KHM khamir, sebanyak 4 ml media PDB steril dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ekstrak yang dibuat 8 perlakuan (Lampiran 2) yaitu infusa konsentrasi 70%, infusa konsentrasi 80%, infusa konsentrasi 90%, infusa konsentrasi 100%, dan maserat konsentrasi 70%, maserat konsentrasi 80%, maserat konsentrasi 90%, maserat konsentrasi 100%. Selanjutnya ke dalam media ini ditambahkan 0,5 ml suspensi khamir. Tabung reaksi tersebut kemudian diamati kejernihannya dengan cara dibandingkan pada kontrol positif dan kontrol negatif. Tabung-tabung reaksi tersebut kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C dalam inkubator.
Setelah diinkubasi, tabung reaksi divortex dan diamati kejernihannya dengan cara dibandingkan dengan kontrol negatif dan diamati kekeruhannya dengan cara dibandingkan dengan kontrol positif. Kejernihan tabung setelah inkubasi menunjukkan bahwa mikroorganisme dapat dihambat oleh ekstrak didalam tabung. Sampel dengan konsentrasi terendah yang tetap jernih setelah inkubasi dianggap sebagai KHM. Sampel yang tetap jernih selanjutnya diambil untuk dilakukan uji KBM.
2.    Penentuan KHM secara kuantitatif (Madigan et al., 2013)
Pada pengujian KHM bakteri, sebanyak 4 ml media NB steril dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ekstrak yang dibuat dengan 8 perlakuan (Lampiran 2) yaitu infusa konsentrasi 70%, infusa konsentrasi 80%, infusa konsentrasi 90%, infusa konsentrasi 100%, dan maserat konsentrasi 70%, maserat konsentrasi 80%, maserat konsentrasi 90%, maserat konsentrasi 100%. Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml suspensi bakteri kedalam media. Tabung reaksi tersebut kemudian diukur absorbansi (Optical Density = OD) awalnya menggunakan spektrofotometer (λ = 480 nm). Tabung-tabung reaksi tersebut kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C dalam inkubator. Absorbansi bakteri diukur kembali menggunakan spektrofotometer = 480 nm).
Pada pengujian KHM khamir, sebanyak 4 ml media PDB steril dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ekstrak yang dibuat 8 perlakuan (Lampiran 2)  yaitu infusa konsentrasi 70%, infusa konsentrasi 80%, infusa konsentrasi 90%, infusa konsentrasi 100%, dan maserat konsentrasi 70%, maserat konsentrasi 80%, maserat konsentrasi 90%, maserat konsentrasi 100%. Selanjutnya ke dalam media ini ditambahkan 0,5 ml suspensi khamir. Tabung reaksi tersebut kemudian diukur absorbansi (Optical Density = OD) awalnya menggunakan spektrofotometer (λ = 480 nm). Tabung-tabung reaksi tersebut kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C dalam inkubator.
Setelah diinkubasi, tabung reaksi divortex terlebih dahulu sebelum diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer = 480 nm). KHM ditentukan dengan dengan menghitung OD setelah perlakuan inkubasi dikurangi OD sebelum inkubasi. Apabila terdapat konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan (OD ≤ 0), maka diperoleh Kadar Hambat minimum (KHM). Persentase penghambatan KHM secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% penghambatan =  x 100%

c.   Penentuan KBM bakteri dan khamir
Sampel yang tetap jernih setelah inkubasi diambil dan ditumbuhkan pada media agar (PDA untuk khamir dan NA untuk bakteri) untuk mengidentifikasi adanya pertumbuhan mikroba setelah diinkubasi pada media agar. Metode yang digunakan adalah metode hitungan cawan. Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang masih hidup pada medium agar, sel tersebut akan berkembang biak membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop.

d.  Analisis Statistik
Data dianalisis dengan analisis ragam dengan menggunakan Analysis of Varian (ANOVA) dengan selang kepercayaan 1% dan 5%, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pada tiap perlakuan. Apabila hasil uji menunjukkan terdapat beda sangat nyata pada interaksi kedua perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dengan selang kepercayaan 1%. Apabila tidak terdapat interaksi namun disalah satu perlakuan atau keduanya terdapat beda nyata atau beda sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan selang kepercayaan 1%.



3.4  Diagram Alir Penelitian
3.4.1  Pembuatan Ekstrak (Ekstraksi)
a.    Pembuatan Ekstrak Daun Gambir Dengan Metode Infus (Diubah dari Magdalena, 2015)

Serbuk daun gambir 20 gram

Aquades dengan rasio bahan:pelarut = 1:35 (b/v)

Direbus dalam penangas air panas suhu 90 °C selama 30 menit sambil diaduk pelan-pelan

Didinginkan selama 10 menit

Disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus


Ekstrak dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator selama ±3 jam



Ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil

Disimpan di kulkas suhu 4°C

Infusa daun gambir








b.    Pembuatan Ekstrak Daun Gambir Dengan Metode Maserasi (Diubah dari Istiqomah, 2013)

Serbuk daun gambir 20 gram

Aquades dengan rasio bahan:pelarut = 1:10 (b/v)

Direndam dalam aquades selama 24 jam pada suhu ruang kedap cahaya dengan pengadukan 120 rpm

Didinginkan selama 10 menit

Disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus


Ekstrak dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator selama ±3 jam


Ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil

Disimpan di kulkas suhu 4°C

Maserat daun gambir










3.4.2     Prosedur Penentuan KHM dan KBM
a.    Prosedur Penentuan KHM dan KBM Bakteri (Diubah dari Pratiwi, 2009)


Data

Nilai KBM

Data

Nilai KHM
 

Inokulum bakteri 0,5 ml

Media NB 4 ml

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Dianalisa OD awal menggunakan spektrofotometer

Diinkubasi selama 24 jam, 37oC

Dianalisa OD akhir menggunakan spektrofotometer


Dianalisa secara kualitatif (perbandingan kekeruhan)

Plating pada media NA selama 24 jam, 37oC

Hasil

0,5 ml ekstrak daun gambir konsentrasi 70%, 80%, 90%, 100%












b.    Prosedur Penentuan KHM dan KBM Khamir (Diubah dari Pratiwi, 2009)

Data

Nilai KBM

Data

Nilai KHM

Inokulum khamir 0,5 ml

Media PDB 4 ml

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Dianalisa OD awal menggunakan spektrofotometer

Diinkubasi selama 48 jam, 37oC

Dianalisa OD akhir menggunakan spektrofotometer


dianalisa secara kualitatif (perbandingan kekeruhan)

Plating pada media PDA selama 48 jam, 37oC

Hasil

0,5 ml ekstrak daun gambir konsentrasi 70%, 80%, 90%, 100%










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 

No comments:

Post a Comment

CATATAN BIOAKTIF DAN SINDROM METABOLIK

SINDROM METABOLIK 1.        Obesitas menyebabkan inflamasi, hipertensi, resistensi insulin . Kemudian menyebabkan DM 2, penyakit kardi...