GELOMBANG ULTRASONIK PADA PROSES PENGOLAHAN PANGAN
1. Definisi
Gelombang ultrasonik adalah gelombang bunyi dengan frekuensi yang lebih besar dari batas frekuensi tertinggi yang bisa didengar oleh telinga manusia yaitu lebih besar dari 20 KHz (Chang et al., 2012). Gelombang ultrasonik termasuk
gelombang longitudinal yaitu gelombang yang terjadi karena perapatan dan perenggangan
partikel-partikel dalam medium yang dilaluinya diakibatkan oleh gangguan dari
benda yang bergetar.
Ultrasonik merupakan metode ekstraksi non termal yang efektif dan efisien. Gelombang
ultrasonik dapat merambat pada medium padat, cair, dan gas. Reflektivitas dari gelombang
ultrasonik ini di permukaan cairan hampir sama dengan permukaan padat, tetapi pada tekstil dan
busa, gelombang ini akan diserap. Efek mekanik dari gelombang ultrasonik yang ditimbulkan akan
meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding membran sel, mendukung pelepasan
komponen sel dan meningkatkan transfer massa (Keil, 2007). Gelombang ultrasonik telah
diterapkan dalam bidang pangan untuk mengekstrak komponen makanan seperti komponen
aroma, pigmen, dan antibakteri (Vinatoru, 2001).
2. Prinsip
Kerja
Gelombang ultrasonik banyak diterapkan
dalam bidang teknologi pangan dan mikrobiologi.
Prinsip kerja ekstraksi ultrasonic bath
menggunakan gelombang ultrasonik merupakan ekstraksi dengan perambatan
energi menggunakan cairan sebagai media perambatan yang dapat meningkatkan
intensitas perpindahan energi sehingga proses ekstraksi lebih maksimal
dibandingkan metode ekstraksi konvensional (Kuldikole, 2002).
3. Mekanisme
Kerja
Gelombang
ultrasonik berperan dalam perusakan sel dimana saat material sel ditempatkan
dalam wadah yang diberi gelombang ultrasonik akan menghasilkan gelombang kejut
atau shock waves karena peristiwa kavitasi yang mampu menyebabkan
kerusakan mekanis pada sel (Chang et al.,
2012). Gelombang ultrasonik yang
melalui medium mengakibatkan getaran partikel dengan medium amplitudo sejajar
dengan arah rambat secara longitudinal sehingga menyebabkan partikel medium
membentuk rapatan (strain) dan tegangan (stress). Proses kontinyu yang
menyebabkan terjadinya rapatan dan regangan di dalam medium disebabkan oleh
getaran partikel secara periodik selama gelombang ultrasonik melaluinya. Hal ini karena gelombang ultrasonik yang dirambatkan pada
medium cair (air) akan menimbulkan suatu efek kavitasi yaitu efek akibat
ketidakseimbangan kecepatan pengerutan dan pengembangan amplitudo antara air
dan tanduk getar ultrasonik (tranduser) (Schiller, 2010).
Jika amplitudo
tekanan yang dipacu gelombang akustik relatif besar, maka ketidakhomogenan
lokal di dalam air akan memenuhi celah pada struktur jaringan, yang dapat
menimbulkan kerusakan atau pecahnya inti menjadi berongga-rongga dalam dimensi
mikroskopik akibat penggetaran ultrasonik dalam jangka waktu yang lama. Serangkaian
kerusakan inilah yang menyebabkan pecahnya struktur jaringan akibat perlakuan
ultrasonik (Zhou, 2009). Kerusakan sel tersebut menyebabkan material penyusun
sel (termasuk lipid) keluar sel dan dapat dipisahkan.
4. Komponen
Mekanisme yang
digunakan untuk menghasilkan energi ultrasonik dapat dibedakan menjadi dua
yaitu magnetostrictive dan piezoelectric. Teknologi magnetostrictive
mengandalkan bahan-bahan yang dapat menghasilkan tegangan ketika berada di
dalam medan magnet. Bahan nikel dan alloy terfenol-D dikenal dapat menghasilkan
tegangan magnetik yang besar. Sebaliknya, piezoelectric transducer bergantung
pada bahan yang menghasilkan tegangan ketika dialiri arus listrik.
Tiga komponen utama
sistem ultrasonik adalah: converter/ transducer, booster, dan horn (sonotrode).
Converter/transducer berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi
energi ultrasonik (getaran). Booster adalah penguat mekanik yang berfungsi
menaikkan amplitudo getaran yang dihasilkan oleh converter. Horn adalah
alat yang berfungsi untuk menyalurkan getaran ultrasonik ke medium (biasanya
cairan). Ketiga bagian tersebut disusun dan dirangkai dengan menggunakan klam. Susunan
sistem ultrasonik (converter, booster, horn) disajikan seperti pada
Gambar 1 (McClements, 1995).
Gambar 1. Susunan sistem ultrasonik piezoelectric 20 kHz
Ketika dialiri arus listrik, transduser akan mengubah energi listrik menjadi getaran ultrasonik yang kemudian amplitudonya diperkuat oleh booter. Getaran ultrasonik kemudian disalurkan ke medium cair oleh horn. Getaran yang sangat
cepat menimbulkan tekanan yang tinggi dan negatif silih berganti dalam waktu
yang sangat pendek di dalam medium cair. Getaran ultrasonik di dalam cairan
akan menimbulkan microbubbles dan pecah seketika yang disebut cavitation.
Cavitation menimbulkan dua penomena yaitu: hydrodynamic shear forces dan
sonochemical reactions. Gaya gesek hidrodinamik mempercepat gesekan dan
pengadukan, serta memecah partikel dalam ukuran mikro di dalam cairan
(biasanya air). Reaksi sonokimia menghasilkan radikal seperti OH-, HO2+, H+,
dan H2O2 yang sangat reaktif (Schiller, 2010).
5. Keunggulan
Pemanfaatan gelombang
ultrasonik ultrasonik dalam berbagai bidang khususnya bidang pangan memiliki
banyak keunggulan, diantaranya:
a. Bersifat non-destructive dan
non-invasive, sehingga dapat dengan mudah diadaptasikan ke berbagai
aplikasi (Schiller, 2010).
b. Mampu mempercepat proses
ekstraksi, dibandingkan dengan ekstraksi termal atau ekstraksi konvensional sehingga
lebih efisien (Mason, 2000).
c. Metode ini aman, lebih
singkat, dan meningkatkan jumlah rendemen hasil ekstraksi (Manasika dan
Widjanarko, 2013; Kuldikole, 2002).
d. Mampu menurunkan suhu
operasi pada ekstrak yang tidak tahan panas, sehinga cocok untuk diterapkan
pada ekstraksi senyawa bioaktif tidak tahan panas (Zou et al., 2014).
e. Gelombang ultrasonik yang
ditimbulkan mampu memberi efek kavitasi, efek panas, dan efek struktural yang
membuat penetrasi zat terlarut kedalam sel terjadi lebih cepat (Putri dkk,
2014).
f. Dapat membantu meningkatkan efektivitas
enzim sehingga mampu mengurangi jumlah enzim yang dibutuhkan ketika ekstraksi (Chang et al., 2012).
g. Tidak berbahaya dan lebih
murah (McClements, 1995).
h. Mampu meningkatkan penetrasi
pelarut ke dalam sel bahan serta meningkatkan transfer massa. Dinding sel bahan
dipecah dengan gelombang ultrasonik sehingga kandungan didalamnya dapat keluar
dengan mudah (Mason, 1999).
i. Mudah diaplikasikan untuk
optimasi ekstraksi (McClements, 1995).
j. Ultrasound-Assisted
Extraction (UAE)
merupakan salah satu metode alternatif ekstraksi non-termal yang lebih efisien,
lebih cepat, dan memungkinkan pengurangan pelarut, sehingga menghasilkan
ekstrak murni dan yield yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstraksi
konvesional (Vinatoru, 200; Hartuti dan Dani, 2012).
6. Aplikasi
Pemanfaatan gelombang ultrasonik di
bidang pangan sangat banyak. Diantaranya sebagai berikut:
a. Ekstraksi Oleoresin Jahe (Fuadi, 2012)
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan gelombang ultrasonik untuk mengekstrak oleoresin
dari jahe putih. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa metoda ekstraksi ultrasonik memiliki efisiensi waktu hampir
50% dibandingkan ekstraksi menggunakan soxhlet. Berdasarkan hasil analisis
komponen dengan GC-MS, menunjukan zingiberone merupakan komponen utama dalam
oleoresin yang dihasilkan ekstraksi ultrasonik dan soxhlet. Oleoresin jahe yang
dihasilkan dari penelitian ini sesuai dengan spesifikasi oleoresin jahe menurut
EOA No. 243. Berdasarkan penelitian ini, ultrasonik dapat digunakan untuk
ekstraksi karena lebih efisien.
b. Mempertahankan Kesegaran Fillet Ikan Nila (Suwandi dkk, 2015)
Penelitian bertujuan menganalisis pengaruh
gelombang ultrasonik terhadap parameter kesegaran ikan. Gelombang ultrasonik berpengaruh terhadap
nilai pH dan TPC. Hasil pengujian nilai TPC menunjukkan bahwa sampel dengan
durasi sonikasi selama 9 menit (5,2x104 koloni/g) memiliki jumlah
mikroba lebih rendah dibandingkan sampel tanpa sonikasi (9,2x104
koloni/g). Berdasarkan
penelitian ini, ultrasonik dapat digunakan untuk pengolahan fillet ikan nila
segar karena mampu menurunkan total mikroba.
c. Ekstraksi Lemak Kakao (Supardan dkk, 2012)
Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari karakteristik lemak kakao yang dihasilkan dengan metode ekstraksi
pelarut n-heksan menggunakan bantuan ultrasonik. Karakteristik lemak kakao
hasil ekstraksi adalah mengandung asam lemak bebas berkisar antara 0,83–0,90%. Bilangan
penyabunan berkisar antara 193,56–195,16 mg KOH/gram lemak; bilangan iod 33,93
gram/100 gram; titik leleh awal 33,27oC dan titik leleh akhir 35,28oC
serta indeks bias 1,457. Hasil-hasil analisis ini menunjukkan bahwa sebagian
besar parameter uji sudah memenuhi syarat mutu lemak kakao sesuai Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3748-1995. Uji solid fat content pada suhu 40oC
menunjukkan lemak kakao yang mencair sekitar 96,32% yang berarti sebanyak 3,68%
masih merupakan padatan. Berdasarkan penelitian ini, ultrasonik dapat digunakan untuk
ekstraksi karena lemak kakao hasil ekstraksi telah memenuhi standar SNI.
d. Ekstraksi Antosianin Murbei (Winata dkk, 2015)
Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan ekstraksi antosianin dari murbei menggunakan metode ektraksi ultrasonic
bath karena metode ekstraksi konvensional memerlukan waktu lama. Kadar
antosianin yang dihasilkan yaitu 3344.62 ppm, aktivitas antioksidan 219.27 ppm,
nilai pH 3.21, rendemen 45.26%, tingkat kecerahan 17.5, tingkat kemerahan 7,
dan tingkat kekuningan 9. Berdasarkan penelitian ini, ultrasonic bath dapat
digunakan untuk ekstraksi antosianin murbei karena mampu menghasilkan nilai
yang lebih baik pada semua parameter yang diuji.
e. Ekstraksi Antioksidan Daun Sirsak (Handayani dkk, 2016)
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh rasio bahan : pelarut dan lama ekstraksi menggunakan metode
ultrasonik sehingga dihasilkan ekstrak daun sirsak terbaik. Perlakuan terbaik
diperoleh dari rasio bahan : pelarut 1:10 (b/v) dan lama ekstraksi
20 menit dengan rendemen 11.72%, kandungan total fenol 15213.33 ppm, kadar flavonoid
45843 ppm, aktivitas antioksidan 78.14% dan nilai IC50 15.58 ppm. Hal ini membuktikan bahwa teknik ekstraksi ultrasonik dapat digunakan sebagai alternatif yang lebih efisien dan cepat dalam mengekstrak senyawa antioksidan dari bahan alami.
20 menit dengan rendemen 11.72%, kandungan total fenol 15213.33 ppm, kadar flavonoid
45843 ppm, aktivitas antioksidan 78.14% dan nilai IC50 15.58 ppm. Hal ini membuktikan bahwa teknik ekstraksi ultrasonik dapat digunakan sebagai alternatif yang lebih efisien dan cepat dalam mengekstrak senyawa antioksidan dari bahan alami.
f.
Ekstraksi Pigmen Karotenoid
Labu Kabocha (Manasika dan Widjanarko, 2013)
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh rasio bahan:pelarut dan lama
ekstraksi menggunakan metode ultrasonik. Perlakuan terbaik diperoleh dari rasio bahan:pelarut 1:9 dan lama ekstraksi 25 menit yang mampu mempertahankan total karoten dengan jumlah 254.77 mg/100g, nilai IC50 84.28 ppm, pH 6.45, rendemen 30.25%, kecerahan (L*) 19.30, kemerahan (a*) 13.40 dan kekuningan (b*) 15. Berdasarkan penelitian ini ditunjukkan bahwa metode ultrasonik lebih efisien daripada ekstraksi konvensional yang umumnya memakan waktu lama dan melibatkan proses termal yang dapat merusak karotenoid.
ekstraksi menggunakan metode ultrasonik. Perlakuan terbaik diperoleh dari rasio bahan:pelarut 1:9 dan lama ekstraksi 25 menit yang mampu mempertahankan total karoten dengan jumlah 254.77 mg/100g, nilai IC50 84.28 ppm, pH 6.45, rendemen 30.25%, kecerahan (L*) 19.30, kemerahan (a*) 13.40 dan kekuningan (b*) 15. Berdasarkan penelitian ini ditunjukkan bahwa metode ultrasonik lebih efisien daripada ekstraksi konvensional yang umumnya memakan waktu lama dan melibatkan proses termal yang dapat merusak karotenoid.
g. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Jeruk Bali (Rafsanjani dan
Putri, 2015)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sifat fisik dan kimia jenis pelarut dan pengaruh lama ekstraksi terhadap
aktivitas antioksidan ekstrak kulit Jeruk Bali menggunakan Ultrasonic Bath. Perlakuan terbaik memiliki karakteristik kadar air
ekstrak 89.61%, total fenol 2820.72 µg/g, kadar tanin 14586.66 mg/100g, aktivitas
antioksidan 91.24%, rendemen 7.42%, pH 5.56, Tingkat kecerahan 60.96 dan nilai
°hue 82.26. Berdasarkan penelitian ini ditunjukkan bahwa metode Ultrasonic Bath mampu mempertahankan
aktivitas antioksidan tetap tinggi.
h. Ekstraksi Minyak dari Mikroalga (Putri dkk, 2014)
Penelitian ini bertujuan untuk
mengekstrak Mikroalga secara kimiawi dengan shock osmotic berbantukan
ultrasonik untuk memecah membrane
semipermeable sel sehingga kandungan minyak dapat terekstrak. Hasil
pengujian kadar lemak dalam ekstrak alga ini didapatkan bahwa kandungan lemak
hasil ekstrak tanpa menggunakan gelombang ultrasonik terbesar membutuhkan lama
ekstraksi 3 jam. Sedangkan kandungan lemak pada ekstrak dengan metode ultrasonik
yang tertinggi hanya membutuhkan lama ekstraksi 2 jam. Berdasarkan
penelitian ini ditunjukkan bahwa metode ekstraksi ultrasonik mampu mempercepat proses ekstraksi.
i. Pengeringan Buah (Rodrigues, 2007)
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh osmosis dan ultrasonik
pada struktur sel jaringan buah nanas. Hasilnya menunjukkan teknologi ultrasonik sangat berperan penting dalam mengurangi air pada nanas. Hal ini dikarenakan ultrasonik mampu memecah struktur jaringan buah, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan akan jauh lebih cepat.
pada struktur sel jaringan buah nanas. Hasilnya menunjukkan teknologi ultrasonik sangat berperan penting dalam mengurangi air pada nanas. Hal ini dikarenakan ultrasonik mampu memecah struktur jaringan buah, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan akan jauh lebih cepat.
Gambar 2. Struktur jaringan buah nanas sebelum
pra ultrasonik (kiri), dan setelah pra ultrasonik 30 menit (kanan)
Pada gambar kiri menunjukkan
sel buah nanas berdinding tipis dengan morfologi normal dan tidak terlihat
antar ruang. Pada gambar kanan menunjukkan sel-sel buah nanas menjadi
terdistorsi, dan saluran mikroskopis mulai terbentuk setelah 30 menit perlakuan
ultrasonik. Berdasarkan penelitian ini, ultrasonik dapat digunakan untuk
mempercepat pengeringan buah nanas karena mampu memecah jaringan buah dan
mengurangi air di dalam jaringan.
7. Efek
Proses
a. Efek
pada komponen bioaktif
Pengolahan dengan gelombang
ultrasonik mampu mempertahankan kandungan bioaktif bahan pangan. Diantaranya
kandungan karotenoid dari buah merah (Dimara dkk, 2008), zingiberone jahe
(Fuadi, 2012), karotenoid labu kabocha (Manasika dan Widjanarko, 2013), antosianin
pada murbei (Winata
dkk, 2015), antosianin
pada daun sirsak (Handayani dkk, 2016), dan antioksidan
ekstrak kulit jeruk bali (Rafsanjani dan Putri, 2015).
b. Efek pada mikroorganisme
Gelombang ultrasonik mampu menginaktivasi
mikroorganisme diantaranya bakteri pada produk daging (Brown et al., 2010),
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Herceg et al., 2012),
Enterobacteriae pada susu (Juraga et al., 2011), fungi Aspergillus
flavus dan Penicillium digitatum (Malo-Lopez et al., 2005), Pseudomonas
(Kordowska-Wiater dan Stasiak, 2011), mengontrol mikroba dalam sistem
pengolahan air (Broekman et al., 2010),
c. Efek pada kandungan gizi
Gelombang ultrasonik mampu menjaga
kandungan gizi produk daging (Cui et al., 2010), empertahankan
karakteristik fisik, kimia, dan mikrobiologi antara daging babi yang dithawing
menggunakan ultrasonik (Gambuteanu dan Alexe, 2013), serta mempertahankan karakteristik
kolagen dari daging sapi (Chang et al., 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Broekman S, Pohlmann O, Beradwood
ES.2010. Ultrasonic Treatment For
Microbiological
Control of Water Systems. Ultrasonic Sonochemistry: 1-11.
Control of Water Systems. Ultrasonic Sonochemistry: 1-11.
Brown T, Gardner M, Osborn MS, Patist A,
Schaefer DL, Steiner R, Wiens ML.
2010. Ultrasonic Treatment For Preparing Meat Product. United States Patent.
US20100209568A1.
2010. Ultrasonic Treatment For Preparing Meat Product. United States Patent.
US20100209568A1.
Chang HJ, Xu XL, Zhou GH. 2012. Effects of Characteristics Changes of
Collagen on
Meat Physicochemical Properties of Beef Semitendinosus Muscle During Ultrasonic Processing. Food Bioprocess Technology 5:285-297.
Meat Physicochemical Properties of Beef Semitendinosus Muscle During Ultrasonic Processing. Food Bioprocess Technology 5:285-297.
Cui L, Pan Z, Yue T, Atungulu GG,
Berrios J. 2010. Effect of Ultrasonic
Treatment of Brown Rice At Different Temperatures on Cooking Properties And
Quality. Journal of Cereal Chemicals 87(5):403-408.
Dimara, L., F. S. Rondonuwu dan L.
Limantara. 2008. Uji Fisika Kimia Pigmen
Karotenoid
Pada Ekstrak Kasar Buah Merah Papua (Pandanus conoideus Lim) : Potensi Sebagai Pewarna Alami. Universitas Kristen Satya Wacana : Salatiga
Pada Ekstrak Kasar Buah Merah Papua (Pandanus conoideus Lim) : Potensi Sebagai Pewarna Alami. Universitas Kristen Satya Wacana : Salatiga
Fuadi. A. 2012. Ultrasonik Sebagai
Alat Bantu Ekstraksi Oleoresin Jahe. Jurnal Teknologi, Vol. 12, No. 1, April 2012 : 14-21.
Gambuteanu C, Alexe P. 2013. Effects of Ultrasound Assisted Thawing
on Microbiological, Chemical and Technological Properties of Unpackaged
Pork Longissimus Dorsi. Food Technology 37(1):98-107.
on Microbiological, Chemical and Technological Properties of Unpackaged
Pork Longissimus Dorsi. Food Technology 37(1):98-107.
Handayani, H., F. H. Sriherfyna,
Yunianta. 2016. Ekstraksi Antioksidan Daun Sirsak Metode Ultrasonic Bath
(Kajian Rasio Bahan : Pelarut dan Lama Ekstraksi). Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.262-272, Januari 2016.
Hartuti, S., dan Dani S. 2012. Optimasi Proses Ekstraksi Oleoresin Jahe
(Zingiber offinale
Rosc) Menggunakan Ultrasonik. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol 9: 30-35
Rosc) Menggunakan Ultrasonik. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol 9: 30-35
Herceg Z, Jambrak AR, Lelas V, Tagard
SM. 2012. The Effect of High Intensity
Ultrasound Treatment on The Amount of Staphylococcus aureus and Escherichia coli in Milk. Journal of Food Technology Biotechnology 50(1):46-52.
Ultrasound Treatment on The Amount of Staphylococcus aureus and Escherichia coli in Milk. Journal of Food Technology Biotechnology 50(1):46-52.
Juraga E, Salamon BS, Herceg Z, Jambrak AR. 2011. Application of High Intensity
Ultrasound Treatment on Enterobacteriae Count In Milk. Mljekarstvo 61(2):125-134.
Keil, F. J. 2007. Modeling of Process Intensification. In Alupului, A., Ioan
Calinescu and
Vasile
Vasile
Kordowska-Wiater M, Stasiak DM. 2011. Effect of Ultrasound On Survival Of Gram-Negative
Bacteria on Chicken Skin Surface. Bull Vet Inst Pulawy 55:207-210.
Kuldikole, J. 2002. Effect of Ultrasound, Temperature and Pressure Treatments on Enzym
Activity and Quality Indicators of Fruit and Vegetables Juices. Dissetation
der Techischen Universitas Berlin. Berlin.
Malo-Lopez A, Palou E, Fernandez-Jimenez
M, Alzamora SM, Guerrero S. 2005. Multifactorial
Fungal Inactivation Combining Thermosonication and Antimicrobials. Journal of Food Engineering 67:87-93.
Manasika, A. dan Widjanarko, S.B. 2013. Ekstraksi Pigmen Karotenoid Labu Kabocha
Menggunakan Metode Ultrasonik (Kajian Rasio Bahan: Pelarut dan Lama Ekstraksi).
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 3 p.928-938, Juli 2015.
Mason, T. J. 2000. Chemistry with Ultrasound. Critical Report on Applied Chemistry.
28.
Elsevier New York: Applied Science.
Elsevier New York: Applied Science.
Mason T.J. 1999. Sonochemistry. Oxford Univ. Press. Oxford.
McClements, D. J. 1995. Advances in The Application of Ultrasound
in Food Analysis and Processing. Trends Food Sci. Techn. 6, 293-299
Putri., S., M. Lutfi, dan B. Susilo.
2014. Ekstraksi Minyak dari Mikroalga Jenis Chlorella sp. dengan
Menggunakan Metode Osmotik Berbantukan Ultrasonik. Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 2 No. 3, Oktober 2014, 198-204
Rafsanjani, M. K. dan W. D. R. Putri.
2015. Karakterisasi Ekstrak Kulit Jeruk Bali Menggunakan Metode Ultrasonic
Bath (Kajian Perbedaan Pelarut dan Lama Ekstraksi). Jurnal Pangan
dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1473-1480, September 2015.
Schiller, M. 2010. Ethanol as Solvent.
http://www.easychem.com.au/production-ofmaterials/renewable-ethanol/ethanol-as-a-solvent.
Tanggal akses: 4/05/2014
Supardan, M. D., Hasnidar, E. Indarti.
2012. Karakteristik Lemak Kakao Hasil
Ekstraksi Menggunakan Bantuan Ultrasonik. Jurnal Hasil Penelitian Industri Volume 25, No. 1, April 2012.
Suwandi, R., A. M. Jacoeb, dan M.
Sofiya. 2015. Aplikasi Gelombang Ultrasonik Sebagai Alternatif Untuk
Mempertahankan Kesegaran Fillet Ikan Nila. JPHPI 2015, Volume 18
Nomor 1.
Vinatoru, M. 2001. An Overview of The Ultrasonically Assisted Extraction of Bioactive
Principles From Herbs. Ultrason Sonochem Journal. 8:303–313.
Principles From Herbs. Ultrason Sonochem Journal. 8:303–313.
Winata, E. W.,
dan Yunianta. 2015. Ekstraksi Antosianin Buah Murbei (Morus Alba L.)
Metode Ultrasonic Bath (Kajian Waktu dan Rasio Bahan : Pelarut). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.
3 No 2 p.773-783, April 2015.
Zhou B, Feng
H, Luo Y. 2009. Ultrasound
Enhanced Sanitizer Efcacy in Reduction
of Escherichia coli 0157:H7
Population On Spinach Leaves. Journal of Food Science 74(6):308-313
Zou TB, En-Qin Xia, Tai-Ping He,
Ming-Yuan Huang, Qing Jia, and Hua-Wen Li. 2014.
Ultrasound-Assisted Extraction of Mangeferin from Mango Leaves Using ResponseSurface Methodology. Molecules 19, 1411-1421
Ultrasound-Assisted Extraction of Mangeferin from Mango Leaves Using ResponseSurface Methodology. Molecules 19, 1411-1421
makasih sudah share
ReplyDeletealat cuci ultrasonic
Insightful exploration of ultrasonic wave applications in food processing! The blog elegantly elucidates how this technology revolutionizes food preservation and quality enhancement. A must-read for food enthusiasts and professionals seeking cutting-edge methods. Concise, informative, and inspiring! American Laser Med Spa - EL Paso
ReplyDeleteInsightful exploration of ultrasonic waves' transformative role in food processing. This blog succinctly elucidates the science behind their application, highlighting benefits like enhanced safety and quality. A must-read for food industry professionals seeking innovative solutions. Concise yet comprehensive, it's a valuable resource shaping the future of food technology. American Laser Med Spa lubbock
ReplyDeleteThis blog delves into the innovative use of ultrasonic waves in food processing, providing valuable insights and paving the way for enhanced food technology. American Laser Med Spa - El Paso
ReplyDelete